Kamis, 2 Oktober 2025

BBM Bersubsidi

Menteri ESDM: Banyak Aspek Dipertimbangkan Pemerintah Sebelum Menaikkan Harga BBM

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan belum diputuskannya rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan

Penulis: Taufik Ismail
zoom-inlihat foto Menteri ESDM: Banyak Aspek Dipertimbangkan Pemerintah Sebelum Menaikkan Harga BBM
Tribunnews.com/Taufik Ismail
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (24/8/2022).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah belum memutuskan mengenai rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Pemerintah masih melakukan pembahasan terkait rencana kenaikan BBM tersebut.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan belum diputuskannya rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan.

Baca juga: Erick Thohir: Pemerintah Tidak Hilangkan Subsidi BBM, Hanya Pengurangan

“Kan pertimbangannya, keputusan ini kan harus mempertimbangkan banyak aspek,” kata Arifin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (24/8/2022).

Aspek yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah diantaranya yakni daya beli, kemampuan pendanaan pemerintah, kebutuhan energi, ketersediaan energi, dan lainnya.

“Kita juga hitung antisipasi nanti akhir tahun ini kemungkinan bisa kebutuhan energi meningkat, ketersediaan energi terbatas, harganya bisa meningkat, mau masuk musim dingin di luar, sekarang kita harus upayakan penuhi paling gak listrik, untuk manfaatkan maksimum capacity baseload dalam negeri,” katanya.

Pemerintah kata dia terus berupaya mencari alternatif yang terbaik dengan berbagai pertimbangan tersebut.

“Bidang BBM, pemerintah mengupayakan, tapi kan harus perhatikan yang kita sampaikan,” ujarnya.

Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah masih mendiskusikan mengenai rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Baca juga: Cegah Kenaikan Harga Pertalite, Pemerintah Butuh Tambahan Subsidi Hampir Rp 200 Triliun, DPR Setuju?

Hal itu dikatakan Sri Mulyani usai rapat terbatas di Istana Kepresiden, Jakarta, Rabu, (24/8/2022).

“Ya kita kita sedang diskusikan di antara para menteri. Nanti dilaporkan ke Bapak kemudian, baru disiapkan ya,” kata Sri Mulyani.

Ia mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada skema kebijakan terkait BBM yang diambil.

“Belum,” katanya singkat.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kepastian kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yaitu Pertalite dan Solar pada pekan ini.

Menurut Luhut, saat ini pemerintah tengah menghitung baik dan buruknya dari keputusan penyesuaian harga BBM Pertalite dan Solar tersebut.

Penyesuaian harga BBM memang pasti akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Akan tetapi, karena sasaran BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar tersebut tidak tepat sasaran, anggaran yang dikeluarkan dari kantong APBN itu makin membengkak.

Baca juga: Belum Ada Keputusan Soal Penyesuaian Harga BBM, Para Menteri Masih Berdiskusi

“Minggu depan presiden akan umumkan mengenai apa dan bagaimana kenaikan harga (BBM bersubsidi),” tutur Luhut dalam Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin secara virtual, Jumat (19/8/2022).

Luhut mengatakan, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan berbagai indikasi untuk memberikan bantalan subsidi BBM untuk menjaga daya beli masyarakat yang kurang mampu.

Namun Presiden mengatakan tidak mungkin subsidi tersebut terus ditambah dan dipertahankan.

“Presiden sudah indikasikan, tidak mungkin kita pertahankan terus. Kita ini harga BBM paling murah sekawasan ini, kita jauh lebih murah dari yang lain. Itu (subsidi BBM) terlalu besar kepada APBN kita,” jelasnya.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan tahun depan anggaran subsidi akan diturunkan jauh di bawah anggaran subsidi energi dan kompensasi saat ini yang sebesar Rp 502 triliun.

Baca juga: Stok Pertalite Kian Tipis, Menteri ESDM Telah Usulkan Penambahan Kuota BBM Subsidi

Misalnya saja dengan pengalihan kendaraan dari berbasis BBM menjadi kendaraan listrik, hingga penggunaan bensin campuran dari kelapa sawit B40.

“Karena kemarin subsidi kita Rp 502 triliun, kita harap bisa ditekan ke bawah. Bisa dengan pengurangan mobil BBM dan beralih ke listrik, dan B40,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved