Hari Ini, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Masih Akan Tertekan Hingga ke Level Rp15.740 per Dolar AS
elemahan rupiah utamanya masih disebabkan adanya sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, alias The Fed.
Penulis:
Bambang Ismoyo
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.695 pada Kamis (3/11/2022).
Sebelumnya pada Rabu (2/11/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.646
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 49 poin.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah utamanya masih disebabkan adanya sentimen kenaikkan suku bunga Bank Sentral AS, alias The Fed.
Baca juga: The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga, Rupiah Kembali Melemah ke Arah Rp15.700 per Dolar AS
Diketahui, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, melanjutkan upayanya untuk menurunkan inflasi.
Kedepannya, bank sentral AS mengisyaratkan masih ada kenaikan namun dengan poin yang lebih kecil.
Bank sentral telah menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi konsumen AS yang telah mencapai level tertinggi dalam empat dekade.
"Indeks dolar dan indeks dolar berjangka masing-masing naik 0,5 persen setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin," ucap Ibrahim dalam analisanya, Kamis (3/11/2022).
Ia melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah dinilai tidak terlalu dalam.
Hal ini terbantu rilis laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memasukkan Indonesia ke dalam daftar 10 negara dengan ekonomi terbesar dunia.
Meski demikian, lanjut Ibrahim, ini bukan menjadi sebuah patokan untuk bertenang diri di tengah potensi resesi yang semakin nyata.
Posisi Indonesia saat ini berada di peringkat ke-7 di atas dua negara besar, yaitu Inggris dan Prancis, dengan mengacu kepada tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mengacu Purchasing Power Parity (P3), yang mencatatkan sebesar 4,02 triliun dolar AS di 2022.
Besarnya PDB Indonesia berdasarkan data yang disajikan oleh IMF, berbanding terbalik dengan situasi asumsi makro ekonomi Indonesia.
Dan ini terlihat dari semakin terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.