Senin, 29 September 2025

Kaleidoskop 2022

Badai PHK Penghujung Tahun Bakal Berlanjut ke Tahun Depan, Bagaimana Prospek Ekonomi 2023?

Di industri TPT, total ada 85.951 buruh tekstil se-Indonesia jadi korban PHK dengan 37.000 buruh berasal dari Jawa Barat.

Editor: Choirul Arifin
KOMPAS.COM/AAM AMINULLAH
Aktivitas buruh yang bekerja di sebuah pabrik tekstile di kawasan industri Jatinangor, Jawa Barat, Rabu (6/5/2020). Industri tekstil dan produk tekstil menjadi sektor yang paling parah dilanda PHK di tahun 2022 ini. Mengacu hasil survei Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) selama 1-16 November 2022, sebanyak 149 dari 233 perusahaan tekstil telah melakukan pengurangan jumlah karyawan. Totalnya ada 85.951 buruh tekstil se-Indonesia jadi korban PHK dengan 37.000 buruh berasal dari Jawa Barat. 

Mamikos, startup yang bergerak sebagai penyedia layanan pencarian dan sewa kos hunian sementara, mengonfirmasi adanya PHK kepada karyawan karena adanya restrukturisasi.

Begitu juga Startup teknologi edukasi (edutech) Zenius kembali mengumumkan PHK pada awal Agustus lalu tanpa menyebutkan jumlah karyawan yang terdampak.

Pada PHK pertama, Zenius telah memangkas sekitar 25 persen tenaga kerjanya atau lebih dari 200 karyawan. LinkAja juga mereorganisasi hampir 200 karyawannya di Indonesia.

Berlanjut Hingga Tahun Depan

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran akan terjadi di penghujung tahun 2022, dan akan berlanjut hingga tahun depan.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, ancaman PHK masal tersebut akibat pengaruh resesi global yang akhirnya berdampak pada melemahnya permintaan ekspor produk hasil industri padat karya.

Sejak awal semester II 2022, industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki dihadapkan pada penurunan permintaan pasar global, khususnya dari negara-negara maju.

Di industri TPT dan alas kaki terjadi penurunan order hingga 30 persen-50 persen untuk pengiriman akhir tahun 2022 hingga kuartal I-2023.

Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani (TRIBUNNEWS/ADIATMA)

“Kondisi ini memaksa perusahaan di sektor tersebut untuk mengurangi produksi secara signifikan dan berujung pada pengurangan jam kerja hingga PHK,” tutur Hariyadi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/12).

Mengacu pada laporan dari industri garmen, tekstil dan alas kaki, telah terjadi PHK atas 87.236 pekerjanya hanya dari 163 perusahaan.

BPJS Ketenagakerjaan mencatat telah terjadi PHK terhadap 9191.071 pekerjan yang mencairkan dana Jaminan Hari Tua (JHT) akibat PHK dari Januari sampai 1 November 2022.

Menurut Hariyadi, data tersebut merupakan data yang paling memadai sebagai sumber informasi yang valid mengingat setiap pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang terkena PHK berkepentingan menarik dana JHT-nya, dibandingkan data PHK di Kementerian atau Lembaga lainnya yang bersumber dari laporan perusahaan, yang mana banyak perusahaan tidak melaporkannya.

Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, tercatat sejumlah PHK terjadi di 2029 sebanyak 679.678 pekerja, dan 2021 sebanyak 922.756 pekerja.

Proyeksi PHK di sisa akhir tahun menurutnya sangat mungkin melebihi PHK tahun 2021, karena krisis ekonomi global sudah makin terlihat di penghujung akhir tahun ini.

Di sisi lain, penciptaan lapangan kerja juga terus berkurang akibat investasi padat modal dan pemanfaatan teknologi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan