Sabtu, 4 Oktober 2025

Empat Karyawan ByteDance Dipecat Usai Kedapatan Akses Data Dua Akun TikTok Milik Jurnalis AS

Perusahaan induk TikTok, ByteDance, memecat empat karyawan karena mengakses data pribadi dua akun jurnalis di platform video pendek tersebut.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Freepik
Ilustrasi TikTok 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perusahaan induk TikTok, ByteDance Inc, memecat empat karyawan karena mengakses data pribadi dua akun jurnalis di platform video pendek tersebut.

Pemecatan itu telah dikonfirmasi oleh juru bicara TikTok Brooke Oberwetter pada Kamis (22/12/2022).

Melansir dari CNN, data dua jurnalis, yang bekerja untuk perusahaan media Financial Times dan BuzzFeed, diakses oleh karyawan ByteDance saat menyelidiki potensi kebocoran informasi perusahaan, menurut keterangan ByteDance.

Baca juga: Lirik dan Terjemahan Lagu Versace On The Floor - Bruno Mars yang Viral di TikTok

Dua karyawan yang dipecat berbasis di Amerika Serikat, sedangkan dua lainnya berbasis di China. Keempatnya dipecat setelah penyelidikan dilakukan atas nama perusahaan oleh sebuah firma hukum, berdasarkan email yang dikirim secara terpisah oleh CEO TikTok dan ByteDance kepada karyawan.

Data pribadi yang diakses dari akun jurnalis termasuk alamat IP, yang dapat memberikan informasi mengenai lokasi pengguna, kata Obberwetter.

"Individu yang terlibat menyalahgunakan wewenang mereka untuk mendapatkan akses ke data pengguna TikTok. Ini tidak bisa diterima," ujar CEO TikTok, Shou Chew, dalam emailnya kepada karyawan.

Baca juga: TikTok PHK Sejumlah Karyawan di Rusia Akibat Aksesnya Diblokir Vladimir Putin

Tindakan karyawan tersebut dalam mengakses data akun jurnalis secara tidak sah dapat memperketat pengawasan yang dihadapi TikTok di Amerika Serikat atas masalah keamanan nasional, mengingat hubungan Washington dengan Beijing.

Anggota parlemen AS telah menyerukan keprihatinannya mengenai keamanan data pengguna dan kemampuan karyawan perusahaan asal China itu untuk mengakses informasi pengguna TikTok di AS.

Kritik yang diterima TikTok semakin meningkat awal tahun ini, setelah BuzzFeed News mengatakan beberapa data pengguna AS telah berulang kali diakses oleh China, dengan mengutip pernyataan seorang karyawan yang mengatakan "semuanya terlihat di China".

TikTok sendiri telah mengonfirmasi data pengguna AS memang dapat diakses oleh beberapa karyawan di China, namun perusahaan tersebut mengatakan bahwa tim keamanan yang berbasis di AS dapat memutuskan siapa saja yang akan mengakses data pengguna AS dari China.

Baca juga: Lirik dan Terjemahan Lagu Bloody Mary - Lady Gaga, Viral di TikTok: Ill Dance, Dance, Dance

Pada Oktober, media lainnya yaitu Forbes melaporkan ByteDance berencana menggunakan data pengguna TikTok untuk mengawasi warga AS tertentu.

Sementara dalam laporan pada Kamis, Forbes menyebutkan terdapat tiga akun jurnalis yang dilacak oleh perusahaan itu. TikTok telah menolak untuk memberikan komentar apakah ketiga akun jurnalis tersebut benar-benar terpengaruh.

The New York Times juga melaporkan bahwa beberapa akun jurnalis di TikTok "terlibat dalam pelacakan", sebuah klaim yang telah ditolak oleh perusahaan untuk dikonfirmasi.

“Pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang ini, yang tidak lagi bekerja di ByteDance, merupakan penyalahgunaan wewenang yang mengerikan untuk mendapatkan akses ke data pengguna,” jelas Oberwetter.

Baca juga: Cara Daftar TikTok Shop hingga Ketentuan Unggah Produk yang Dijual

“Perilaku buruk ini tidak dapat diterima, dan tidak sejalan dengan upaya kami di seluruh TikTok untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna kami,” sambungnya.

Menanggapi insiden tersebut, TikTok mengatakan telah merestrukturisasi tim audit internal dan tim risikonya, serta menghapus akses ke data pengguna AS untuk tim tersebut, tambah Oberwetter.

“Kami menangani keamanan data dengan sangat serius, dan kami akan terus meningkatkan protokol akses kami, yang telah ditingkatkan dan diperkuat secara signifikan sejak insiden ini terjadi,” ungkap juru bicara TikTok itu.

Financial Times mengatakan bahwa “memata-matai wartawan, mengganggu pekerjaan mereka atau mengintimidasi sumber mereka sama sekali tidak dapat diterima. Kami akan menyelidiki cerita ini lebih lengkap sebelum memutuskan tanggapan formal kami".

Seorang juru bicara BuzzFeed menyebut tindakan mengakses data akun pengguna secara tidak sah yang dilakukan karyawan TikTok sebagai "pengabaian terang-terangan terhadap privasi dan hak jurnalis serta pengguna TikTok".

“Bahkan lebih meresahkan bahwa ini muncul setelah serangkaian laporan oleh BuzzFeed News yang mengungkap masalah utama dalam perusahaan induknya, mulai dari karyawan yang mengakses data pengguna Amerika dari China hingga upaya ByteDance untuk mendorong pengiriman pesan pro-China ke orang Amerika,” kata juru bicara BuzzFeed dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari selusin negara bagian di AS, termasuk Maryland, South Dakota, dan Texas, telah mengumumkan larangan menggunakan TikTok dalam beberapa minggu terakhir bagi pegawai negeri yang mengakses aplikasi tersebut pada perangkat yang dikeluarkan pemerintah.

Tidak hanya itu, sejumlah kecil universitas di AS, yang jumlahnya terus bertambah, juga memblokir akses ke TikTok pada perangkat milik kampus atau jaringan WiFi di universitas tersebut.

Senat AS pada awal pekan ini mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melarang TikTok dari semua perangkat pemerintah AS. Tiga anggota parlemen AS juga memperkenalkan undang -undang yang bertujuan melarang aplikasi video pendek itu beroperasi di Amerika Serikat.

TikTok saat ini sedang terlibat dalam negosiasi panjang dengan pemerintah AS, mengenai kesepakatan potensial untuk mengatasi masalah keamanan nasional dan membiarkan aplikasi itu terus diakses pengguna AS.

Platform video pendek itu juga mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk mengisolasi data pengguna AS dari bagian lain bisnisnya, termasuk dari kemitraannya dengan perusahaan perangkat lunak Oracle yang berbasis di AS.

"Tidak peduli apa penyebab atau hasilnya, penyelidikan yang salah arah ini secara serius melanggar Pedoman Perilaku perusahaan dan dikutuk oleh perusahaan," kata CEO ByteDance, Rubo Liang, dalam email-nya.

“Kami tidak bisa begitu saja mengambil risiko integritas yang merusak kepercayaan pengguna, karyawan, dan pemangku kepentingan kami,” sambungnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved