Senin, 25 Agustus 2025

Analis: Pasar Respons Positif Penetapan Gibran Jadi Cawapres, Rupiah Diprediksi Menguat

Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar memberikan respons positif penetapan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Kolase Tribunnews (Istimewa-Warta Kota/YULIANTO)
Rapimnas Partai Golkar resmi mendukung Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) yang menjadi pendamping Prabowo Subianto di pemilihan presiden (pilpres) 2024. 

"Setuju!" jawab peserta Rapimnas Golkar.

Pekan Depan Rupiah Diprediksi Tembus Rp16.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan pekan depan diprediksi menembus level Rp16.000 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini imbas kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed) dan perang antara Palestina-Israel dapat berlangsung lama.

Tercatat, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada level harga Rp 15.856 per dolar AS di perdagangan Jumat (20/10/2023).

Kondisi tersebut, membuat rupiah Jisdor terkoreksi 0,93 persen dalam sepekan dan secara harian mengalami koreksi sekitar 0,11 persen.

Pelemahan rupiah Jisdor BI sejalan dengan rupiah spot yang ditutup pada harga Rp 15.873 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah spot telah melemah 1,21 persen dan melemah 0,36 persen secara harian di hadapan dolar AS.

Dampak Pelemahan Rupiah

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, memasuki tahun politik, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara lain di kawasan Asia dan global.

Namun, Ibrahimi menyebut pelemahan mata uang rupiah yang terus menerus akan berdampak ke pengeluaran biaya hidup.

"Rupiah yang melemah akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga, salah satunya harga komoditas dan akan berpengaruh terhadap menurunnya daya beli. Sehingga konsusmi Masyarakat akan menurun," ujar Ibrahim.

Hal senada juga di sampaikan, Direktur Center of Economi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

Ia menyebut menguatnya mata uang dolar AS membuat barang impor menjadi lebih mahal, khususnya komoditas pangan.

"Contohnya beras, meskipun ada negara yang siap jual ke Indonesia tapi biaya impor berasnya dipengaruhi dolar AS sehingga beras impor harganya naik," kata Bhima.

Selain beras impor, bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri bisa naik karena bahan bakunya masih impor.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan