Pilpres 2024
Hilirisasi Digital Jadi Program Prioritas Prabowo-Gibran
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo menilai hilirasi yang dilakukan pemerintah perlu dilanjutkan
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Program hilirisasi digital yang dicanangnya pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, fokus dengan tujuan memfasilitasi generasi muda Indonesia dalam menghadapi masa depan yang semakin terbuka.
"Kami memahami bahwa tantangan ke depan tidaklah mudah, tetapi kesempatan yang muncul terutama bagi generasi muda semakin terbuka. Oleh karena itu, ke depannya, kami akan menitikberatkan perhatian pada hilirisasi digital," ujar Gibran kepada wartawan.
Gibran menegaskan komitmennya untuk mempersiapkan anak-anak SMK menjadi ahli dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan analitis big data, serta di bidang bioteknologi.
Mereka juga menekankan betapa pentingnya agar Indonesia bisa memiliki santri-santri yang ahli di perbankan syariah dan digital marketing, yang akan menjadi talenta masa depan dan menguasai skill masa depan.
"Kita juga ingin santri-santri yang pinter perbankan syariah, yang pinter digital marketing. Kita siapkan future talents dengan future skill," lanjutnya.
Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, pasangan Prabowo-Gibran berkomitmen untuk mempersiapkan tenaga ahli di dalam berbagai sektor.
Mereka juga akan melanjutkan kebijakan hilirisasi yang telah diterapkan oleh Presiden Jokowi, dengan tujuan meningkatkan nilai tambah produk, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan merata.
Selain itu, mereka akan mendukung digitalisasi dan pengembangan sains dan teknologi sebagai faktor utama dalam kemajuan bangsa.
Dana riset dan inovasi akan diupayakan mencapai persentase tertentu dari PDB dalam lima tahun ke depan, dan kebijakan pemerintah akan mendukung pendidikan, sains, teknologi, dan digitalisasi.
Hal ini seperti yang tertuang dalam program visi-misi mereka bertajuk "Asta Cita". Pengembangan dana riset dan upaya mendorong sains, teknologi, dan digitalisasi tercantum di dalam 17 program prioritas.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakan, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dengan pesat, dan peran pengembang lokal sangat penting dalam mengatasi kesenjangan digital dan membentuk ekosistem digital yang inklusif.
Baca juga: Prabowo: Banyak Orang Pintar Ngomong, Tapi Belum Tentu Bisa Kerja untuk Rakyat
Dukungan pemerintah kepada sektor teknologi dan pengembang lokal diharapkan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.
"Peluang besar sangat terbuka bagi pengembang lokal ini dengan permintaan yang semakin tinggi terhadap produk dan layanan digital, serta dukungan pemerintah terhadap sektor teknologi," kata Abdullah.
Dengan visi dan komitmen mereka dalam memajukan hilirisasi bidang digital, sains, dan teknologi, pasangan Prabowo-Gibran bertekad membawa Indonesia menuju masa depan yang gemilang dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Hilirisasi Terbukti Ada Nilai Tambah
Sementara Itu, anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo menilai hilirisasi yang dilakukan pemerintah perlu dilanjutkan. Meski perlu melakukan perbaikan di sejumlah sektor.
Hilirisasi sangat menguntungkan, selain bertambahnya pendapatan negara, hilirisasi juga meningkatkan daya tawar Indonesia di mata asing.
Drajad mengatakan, hilirisasi di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi perlu dilanjutkan, termasuk hilirisasi nikel. Karena dengan hilirisasi, misal potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel menjadi 14 hingga 19 kali lebih tinggi.
Baca juga: Jubir TPN: Hilirisasi Digital Jadi Prioritas Ganjar-Mahfud Membantu Ekonomi Masyarakat
"Hilirisasi nikel terbukti ada nilai tambah," ujar Drajad saat diskusi CSIS soal Industri, Hilirisasi, dan Perubahan Iklim di Jakarta, Rabu (6/12/2023).
Namun, Drajad sepakat jika perlu dilakukan beberapa perbaikan. Misalnya, soal standarisasi lingkungan untuk menjaga krisis iklim. Kemudian, perbaikan mengenai insentif yang diberikan kepada pihak swasta. Dengan perbaikan-perbaikan tersebut, bukan berarti hilirisasi harus berhenti.
"Kita akan lanjutkan. Tembaga, ini sudah dihitung nilai tambahnya, belum kita mulai, tapi ya kami berharap kalau Prabowo-Gibran yang terpilih, ini bisa kita mulai juga. Kita lanjutkan lagi. Bauksit, timah, kita lanjutkan lagi," terang Drajad.
Mengenai dampak terhadap lingkungan, kata Drajad, penting untuk menerapkan standar pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan melalui sistem sertifikasi produk yang dihasilkan dari praktek pengelolaan sumber daya ramah lingkungan.
Selain itu, lanjut dia, ada satu potensi yang baru mulai digarap oleh Indonesia, yakni teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), yakni teknologi inovatif yang dapat menangkap emisi karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, sehingga tidak terlepas ke atmosfer.
"Kalau ini bisa kita kembangkan, Indonesia akan banyak sekali potensi investasi ini," imbuh Drajad.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.