Isu Mark Up Harga Beras Impor Mengancam Kelancaran Pembelian Beras dari Vietnam
Perum Bulog khawatir isu penggelembungan atau mark up harga beras impor dapat berdampak pada kelancaran pembelias beras dari Vietnam.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perum Bulog khawatir isu penggelembungan atau mark up harga beras impor dapat berdampak pada kelancaran pembelias beras dari Vietnam.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengklarifikasi, Tan Long Vietnam, perusahaan yang disebut memberikan penawaran beras, tidak pernah mengajukan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka.
Jadi, kata dia, Tan Long Vietnam tidak memiliki keterikatan kontrak impor dengan Bulog pada tahun ini.
"Ditakutkan bila polemik isu ini terus ditiupkan dan berlanjut tanpa fakta yang jelas, dapat berdampak pada kelancaran pembelian beras Indonesia dari Vietnam hingga akhir tahun 2024, bahkan mempengaruhi hubungan bilateral perdagangan kedua negara," kata Suyamto dalam siaran pers, Jumat (12/7/2024).
Dalam siaran pers ini, Bulog turut mengutip laporan media Vietnam bernama CAFEF yang menyebutkan Tan Long Vietnam tidak pernah memenangkan tender dari Bulog.
Dalam laporan CAFEF, Trương Sỹ Bá selaku Direktur Utama Tập đoàn Tân Long (TLG) mengatakan, "Dalam sejarah tender beras Bulog, dari tahun 2023 sampai sekarang, kami tidak pernah memenangkan tender langsung apapun dari Bulog."
Trương Sỹ Bá menjelaskan, pada paket tender tanggal 22 Mei yang diumumkan Bulog, TLG tidak memenangkan tender.
TLG tidak menang tender setelah ada perusahaan selain mereka, yakni Lộc Trời dan anak perusahaannya, menawarkan beras dengan harga lebih rendah.
"Pada bulan Mei, kami pernah menawarkan penjualan 100 ribu ton beras dengan harga 538 USD/ton, harga FOB. Namun, dibandingkan dengan harga dari perusahaan Lộc Trời, harga dari TLG lebih tinggi, sehingga kami tidak jadi ikut,” kata Trương Sỹ Bá.
Baca juga: Soal Telat Bongkar Muat 490 Ribu Ton Beras Impor, Kepala Bapanas: Hal Lumrah, Biasa Dalam Bisnis
Indonesia disebut membeli beras melalui tender Bulog dan membeli dengan harga CNF, bukan harga FOB.
Harga CNF dari perusahaan Lộc Trời, Thuận Minh, Quang Phát sekitar 568 dolar AS per ton atau dengan harga FOB sekitar 530 dolar AS per ton.
Harga itu lebih rendah dari penawaran TLG sebesar 538 dolar AS per ton. "Harga FOB kami lebih tinggi 5-8 dolar AS per ton," ujar Trương Sỹ Bá.
Baca juga: Bulog Sebut Tidak Punya Kontrak Impor Beras dengan Perusahaan Asal Vietnam
Bulog dan Bapanas Dilaporkan ke KPK
Studi Demokrasi Rakyat (SDR) melaporkan Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (3/7/2024), atas dugaan penggelembungan harga beras impor.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perusahaan Umum (Perum) Bulog dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan penggelembungan harga beras impor.
Direktur Eksekutif SDR Hari Purwanto selaku pelapor mengatakan, jumlah beras yang diimpor itu 2,2 juta ton dengan selisih harga mencapai Rp 2,7 triliun.
“Harganya jauh di atas harga penawaran. Ini menunjukkan indikasi terjadinya praktik mark up,” kata Hari saat ditemui awak media usai membuat laporan di kantor KPK.
Hari menuturkan, pihaknya mendapatkan data penawaran dari perusahaan Vietnam, Tan Long Group yang menawarkan 100.000 ton beras dengan harga 538 dollar Amerika Serikat (AS) per ton dengan skema free on board (FOB) dan 573 dollar AS per ton dengan skema cost, insurance, and freight (CIF).
Dalam skema FOB, biaya pengiriman dan asuransi menjadi tanggungan importir.
Sementara, dalam CIF biaya pengiriman hingga bongkar muat kargo ditanggung eksportir.
“Tan Long Group, itu yang kami juga (masukkan dalam laporan) sebagai salah satu aktor yang ikut ambil bagian dalam impor beras selama periode Januari sampai bulan Mei ini,” ujar Hari.
Hari lantas menyampaikan data pembanding yang menyebutkan biaya yang digelontorkan negara untuk impor beras itu lebih besar dari harga yang ditawarkan perusahaan di luar negeri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2024 pemerintah mengimpor 567,22 ribu ton beras dengan nilai 371,60 juta dolar AS.
Dari data itu didapatkan angka harga rata-rata impor beras oleh Bulog senilai 655 dollar AS per ton.
Jika disandingkan dengan harga impor beras dengan skema FOB yakni, 573 dollar AS per ton didapatkan selisih kemahalan harga 82 dollar AS per ton.
Angka tersebut dikalikan nilai 2,2 juta ton dan ditemukan total selisih kemahalan harga sekitar 180,4 juta dollar AS.

“Jika menggunakan kurs Rp 15.000 per dolar, maka estimasi selisih harga pengadaan beras impor diperkirakan Rp 2,7 triliun," tutur Hari.
Selain itu, pihaknya juga menduga Bapanas dan Bulog merugikan negara karena harus membayar denda kepada pelabuhan senilai Rp 294,5 miliar. Kerugian itu timbul karena 490.000 ton beras yang diimpor Bulog di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya tertahan pada pertengahan hingga akhir Juni 2024.
Berdasarkan informasi yang diterima, beras itu terlambat dibongkar karena Bapanas mewajibkan Bulog menggunakan peti kemas dalam mengirim beras impor.
“Ini dituding menyebabkan proses bongkar lebih lama dari cara sebelumnya yang menggunakan kapal besar tanpa kontainer," tutur Hari.
Bapanas Klaim Penyaluran Bantuan Pangan Besar Sudah Tersalur 90 Persen |
![]() |
---|
Bapanas: Aturan Soal Beras Terbaru Pakai Periode Transisi dan Zonasi Harga |
![]() |
---|
Bapanas Beber Perubahan Standar Mutu dan Harga Batas Atas Beras |
![]() |
---|
Tak Lakukan Penarikan Beras Imbas Oplosan, Pemerintah Minta Pelaku Usaha Sesuaikan Harga Sesuai Mutu |
![]() |
---|
Pemerintah Hapus Jenis Beras Usai Ramai Pengoplosan: Tak Ada Lagi Premium dan Medium |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.