Rabu, 3 September 2025

Penerapan Zero ODOL Diperkirakan Menambah Beban Distribusi, Segini Hitungannya 

Kebijakan Zero ODOL yang rencananya diberlakukan secara penuh dalam waktu dekat berpotensi menaikkan biaya distribusi nasional secara signifikan. 

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
HO
DAMPAK ODOL - Penelitian dari Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti mencatat bahwa penerapan Zero ODOL dapat meningkatkan total biaya angkutan jalan hingga Rp 5.990,36 triliun per tahun. Dosen ITL Trisakti, Suripno, mengungkapkan bahwa kebijakan ini bertujuan meningkatkan keselamatan dan kualitas infrastruktur jalan namun membawa konsekuensi terhadap biaya logistik 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) yang rencananya diberlakukan secara penuh dalam waktu dekat berpotensi menaikkan biaya distribusi nasional secara signifikan. 

Hasil penelitian dari Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti mencatat penerapan Zero ODOL dapat meningkatkan total biaya angkutan jalan hingga Rp 5.990,36 triliun per tahun.

Dosen ITL Trisakti Suripno, mengungkapkan kebijakan Zero ODOL memang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas infrastruktur jalan. Namun, kebijakan ini juga membawa konsekuensi terhadap biaya logistik secara nasional.

Baca juga: Truk ODOL Tetap Marak di Jalan Raya, DPR: Pemerintah Harus Tertibkan

"Penerapan Zero ODOL akan menambah jumlah armada truk secara signifikan dan otomatis menaikkan biaya pengiriman," ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (26/5/2025).

Penelitian ITL Trisakti mengungkapkan bahwa rata-rata biaya angkutan truk ODOL per ton per kilometer saat ini berada di angka Rp 1.084,3.

Namun, ketika Zero ODOL diberlakukan, biaya tersebut melonjak menjadi Rp 2.933,8 per ton per kilometer.

Di sisi lain, jumlah truk juga diperkirakan naik sebesar 60,3 persen karena kendaraan harus mematuhi batas dimensi dan muatan.

Data dari Badan Kebijakan Transportasi menyebutkan bahwa sekitar 59 persen kendaraan logistik saat ini tergolong ODOL.

Menggunakan data dari Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Suripno menyebutkan bahwa pada tahun 2020 terdapat sekitar 7,77 juta unit kendaraan logistik.

Jika Zero ODOL diberlakukan penuh tanpa mitigasi biaya, total biaya distribusi tahunan diperkirakan melonjak hingga Rp 5.990,36 triliun.

“Ini akan sangat mempengaruhi harga barang di tingkat konsumen,” katanya.

Simulasi Lima Skenario Penerapan Zero ODOL

Penelitian tersebut juga mengembangkan lima skenario penerapan Zero ODOL dan dampaknya terhadap biaya distribusi dan harga di tingkat konsumen.

Dalam penelitiannya, ITL Trisakti juga membuat beberapa skenario terkait dampak pemberlakukan Zero ODOL ini terhadap perekonomian. Pada skenario pertama, meneliti kondisi saat ini dimana masih menerapkan ODOL 100 persen.

Total biaya truk mencapai Rp 100,75 miliar per tahun. Angka ini diperoleh dengan memperhitungkan variabel beban jalan, biaya operasional kendaraan, dan jumlah truk pada kondisi existing.

Beban jalan pada kondisi saat ini menggunakan variabel beban jalan keseluruhan dan jumlah berat muatan yang diizinkan (JBI) untuk 5 jenis kendaraan.  

Pada skenario pertama ini, perubahan harga di level konsumen hanya naik sebesar 7 persen dalam kurun waktu 8 tahun, sehingga dapat diasumsikan tidak terjadi kenaikan perubahan harga konsumen yang berarti dalam kurun waktu tersebut.

Pada skenario kedua, diterapkan kondisi ODOL diperbolehkan sebesar 30 persen, namun pada kondisi ini diasumsikan total muatan sebanyak 1,3 kali lebih banyak daripada jumlah beban yang diizinkan. Hasilnya menunjukkan total biaya truk pada kondisi ODOL 30 persen ini sebesar Rp 480,13 miliar.

Pada skenario kedua, hasil kajian menyebutkan terjadi perubahan harga pada level konsumen sebesar 57 persen dalam kurun waktu 8 tahun.

Baca juga: Jurus Kemenhub dan Korlantas Tangani Kendaraan ODOL Demi Keselamatan di Jalan Raya

Pada skenario ketiga, diterapkan kondisi Zero ODOL dan penindakan dengan 50 persen populasi truk. Hasil penelitian menunjukkan total biaya truk mencapai Rp 1,23 triliun. 

Pada skenario ketiga ini, hasil penelitian memperkirakan terjadinya perubahan harga pada level konsumen lebih dari 90 persen dalam kurun waktu 8 tahun.

Hal ini terjadi karena penindakan tidak dilakukan pada seluruh populasi truk, sehingga populasi yang terkena penindakan pelanggaran akan melakukan segala cara agar terhindar dari penindakan.

Hal tersebut dapat menciptakan shadow economy jika tidak ada tindakan dari pemerintah untuk menanganinya.

Pada skenario keempat, diterapkan kondisi Zero ODOL dan dilakukan penindakan dengan 100 persen populasi truk.

Hasil total biaya truk pada kondisi ini mencapai Rp 861,18 miliar.  

Pada skenario keempat, diasumsikan terjadi perubahan harga pada level konsumen sebesar 87 persen dalam kurun waktu 8 tahun. Kenaikan inflasi pada skenario keempat ini lebih rendah daripada skenario ketiga dikarenakan meratanya penindakan yang dilakukan.

Sementara, pada skenario kelima, diterapkan kondisi Zero ODOL dan dilakukan integrasi antar moda, di mana dalam hal ini muatan akan dikirim menggunakan truk dan kereta api logistik dengan tujuan untuk mengefisiensikan biaya pengiriman.

Hasilnya, total biaya truk pada kondisi Zero ODOL dengan alternatif integrasi antarmoda (kereta api logistik) hanya sebesar Rp 322,92 miliar.

Pada skenario kelima, diperkirakan terjadi perubahan harga pada level konsumen yang cukup signifikan dalam waktu setahun, yaitu sebesar 40 persen.

Hal itu dikarenakan pada tahun tersebut dilakukan investasi jangka panjang untuk pembangunan kereta api logistik. Namun pada kurun waktu berikutnya, perubahan harga pada level konsumen yang terjadi hanya sebesar 5 persen.

Suripno menyimpulkan bahwa penerapan Zero ODOL belum layak dilakukan dalam waktu dekat tanpa solusi konkret dari pemerintah.

“Jika tidak ada integrasi moda transportasi atau subsidi logistik, kebijakan ini justru bisa memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan sektor logistik nasional,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa saat ini, dari sudut pandang ekonomi, penggunaan truk ODOL memang memberikan efisiensi biaya yang signifikan. Namun, hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan keselamatan dan perlindungan terhadap infrastruktur jalan.

“Penerapan Zero ODOL tanpa strategi yang tepat akan menyebabkan jumlah armada truk naik dua kali lipat dan memicu lonjakan harga di tingkat konsumen,” tutup Suripno.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan