API Dukung Pemerintah Tolak Usulan Bea Masuk Anti-dumping Benang Filamen Sintetik Tertentu
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia atau APSyFI meminta pemerintah menerapkan BMAD benang filamen tertentu asal Tiongkok.
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan yang tidak melanjutkan pengenaan bea masuk anti-dumping (BMAD) untuk benang filamen sintetik tertentu dari Tiongkok.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Anne Patricia Sutanto mengatakan, produk turunan tekstil berbahan baku POY akan sulit bersaing dengan impor langsung produk tekstil turunan apabila POY dikenakan BMAD.
Jika BMAD dikenakan, industri tekstil akan kesulitan mendapatkan bahan baku dan bisa memicu penutupan pabrik-pabrik tekstil dan berujung pada pemutusan hubunyan kerja (PHK) buruh di sektor ini.
Baca juga: Pelaku Industri Tekstil Bersyukur, Pemerintah Batalkan Bea Masuk Anti-dumping
"Jika kemarin BMAD itu jadi dilakukan, akan banyak pabrik yang akan tutup dan sangat jelas akan terjadi PHK massal di industri tekstil. Kami dari API dan APINDO sangat mengapreasi langkah pemerintah Presiden Prabowo khususnya Menteri Perdagangan yang tidak melanjutkan BMAD ini dan menyelamatkan ratusan industri tekstil dan ratusan ribu pekerja tekstil di tanah air," katanya dikutip Selasa, 24 Juni 2025.
"Kami di API ini yang benar benar mengetahui dampak negatif terhadap industri tekstil nasional yang menghasilkan produk turunan tekstil apabila BMAD atas POY dikenakan," tegasnya.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia atau APSyFI meminta pemerintah menerapkan BMAD benang filamen tertentu asal Tiongkok.
Sementara, Pemerintah memutuskan tidak memproses lebih lanjut rekomendasi Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) mengenai pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas impor benang filamen sintetis tertentu asal China.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional secara menyeluruh, serta masukan dari para pemangku kepentingan terkait.
Budi menegaskan, pasokan benang filamen sintetis tertentu ke pasar domestik saat ini masih terbatas. Sehingga, ia menilai produksi nasional belum mampu memenuhi kebutuhan.
"Kapasitas produksi nasional belum mampu memenuhi kebutuhan industri pengguna dalam negeri. Sebagian besar produsen benang filamen sintetis tertentu memproduksi untuk dipakai sendiri,” jelas Budi, Kamis (19/6/2025).
Daftar 5 Negara yang Memiliki Jaringan Kereta Api Kecepatan Tinggi Terpanjang di Dunia |
![]() |
---|
KAI Inspeksi Rel Lintas Jawa Antisipasi Gangguan Perjalanan Akibat Cuaca |
![]() |
---|
Hingga Juli 2025, Kereta Api Logistik Angkut 89 Ribu Ekor Hewan Peliharaan ke Berbagai Kota |
![]() |
---|
Bandel, Lima dari 20 Industri Tekstil Anggota APSyFI Tak Patuh Laporkan Aktivitas Produksi |
![]() |
---|
Wapres Gibran: Toilet Diperlebar Lebih Penting Daripada Kereta Khusus Merokok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.