Sabtu, 13 September 2025

Lokal Asri

Judi Online Ancam Ekonomi Mikro, Perputaran Uang Beralih ke Ekonomi Gelap

Fenomena judi online membuat semakin terancamnya ekonomi mikro dan perputaran uang rumah tangga. Akibatnya daya beli masyarakat dan UMKM jadi menurun.

|
via TribunJabar.id
ANCAM EKONOMI MIKRO - Ilustrasi judi online. Kian maraknya fenomena judi online membuat semakin terancamnya ekonomi mikro dan perputaran uang rumah tangga. Akibatnya daya beli masyarakat dan UMKM menjadi menurun. 

TRIBUNNEWS.COM - Fenomena judi online (judol) di Indonesia makin mengkhawatirkan. Aktivitas ini tak lagi hanya menyasar kalangan tertentu saja, tapi sudah mulai merambah ke lapisan masyarakat paling dekat, yakni rumah tangga. 

Praktik judi online bukan hanya menimbulkan kekhawatiran dari sisi moral, tetapi juga menjadi ancaman nyata yang berdampak langsung pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. 

Dari sisi psikologis, aktivitas ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kecanduan. Sebab, sekali seseorang terjerumus, akan sangat sulit untuk keluar dari siklus ketergantungan yang terus berulang. Inilah yang membuat judi online menjadi masalah serius yang tak bisa dianggap sepele. 

Data intelijen yang dipaparkan Menko Polhukam Budi Gunawan berhasil mengungkapkan fakta mengejutkan. Pada 2024, sekitar 8,8 juta orang terlibat dalam judi online, dengan 80 persen berasal dari kelas ekonomi bawah dan generasi muda. 

Lebih mencengangkannya lagi adalah nilai transaksi judi online. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan bahwa di kuartal I-2024, jumlah transaksi sudah mencapai Rp100 triliun dengan sebagian besar transaksi berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. 

Ironisnya, dana yang seharusnya digunakan untuk konsumsi produktif, seperti belanja dapur, pendidikan, atau investasi kecil, malah lenyap dan dihabiskan dalam aktivitas judi online ini. Keadaan inilah yang menambah tekanan pada ekonomi keluarga rentan dan melemahkan fondasi ekonomi nasional. 

Berdasarkan laporan serupa, fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena digunakan sebagai “pelepas stres” tanpa menyadari efek domino terhadap kondisi ekonomi rumah tangga. Bahkan, uang kebutuhan dapur yang habis di tangan, berpotensi menimbulkan konflik dalam keluarga dan menggerus fondasi kesejahteraan bersama. 

Tak heran jika Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhaimin Iskandar menyebutkan judi online sebagai bencana sosial. Pernyataan tersebut bukan sekadar pernyataan hiperbola, melainkan cerminan dari kondisi riil yang saat ini tengah dihadapi masyarakat. 

Namun di balik layar gadget, dana-dana kecil dari rumah tangga ini perlahan tersedot ke ruang digital yang tak kasat mata, yaitu judi online

Kemudahan akses lewat smartphone dan aplikasi digital membuat kegiatan ini seolah “tinggal klik”, menurut Sosiolog Universitas Nasional, Nia Elvia, makin banyak warga yang tergiur karena minimnya lapangan kerja dan motivasi mencari solusi cepat atau instan. 

Kondisi tersebut dinilai makin parah karena banyak pengangguran yang belum terserap lapangan kerja sejak pandemi Covid-19. Hal ini yang membuat para pengangguran itu memilih judi online sebagai opsi dalam mencari nafkah. 

Baca juga: Soroti Judi Online, Komisi I DPR Minta Pemerintah Buat Aturan Lebih Tegas untuk Lindungi Masyarakat

Pengalihan Dana dari Konsumsi Produktif ke Ekonomi Gelap 

Alokasi dana rumah tangga yang seharusnya dapat digunakan untuk hal produktif, kini harus tersedot secara masif ke dalam transaksi judi online. Inilah yang memunculkan salah satu bentuk ekonomi gelap yang tak terlihat, namun berdampak nyata. 

Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan, sekitar Rp960 triliun uang masyarakat Indonesia mengalir ke aktivitas judi online setiap tahunnya. Menurutnya, dana tersebut seharusnya bisa digunakan untuk membeli kebutuhan pokok atau meningkatkan daya beli produk lokal. Dampaknya terhadap ekonomi pun akan sangat signifikan. 

“Karena ada Rp960 triliun uang yang nyasar masuk ke judi online, yang seharusnya kalau dipakai untuk belanja itu bisa menggerakkan ekonomi kita luar biasa,” ujar Maman. 

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan