Mendikti Saintek: Saatnya Beralih dari Ekonomi Ekstraktif Menuju Hilirisasi dan Industrialisasi
Ekspor batu bara mentah atau penjualan minyak bumi tanpa diolah menjadi produk turunan adalah contoh mudah untuk model ekonomi ekstraktif ini.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Hasiolan EP
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., menegaskan bahwa penguasaan sains dan teknologi adalah kunci utama dalam mewujudkan pemerataan ekonomi nasional. Pesan ini ia sampaikan saat membuka Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 di Jakarta.
“Sudah saatnya kita beralih dari ekonomi ekstraktif menuju hilirisasi dan industrialisasi. Semua itu hanya bisa dicapai melalui penguasaan sains dan teknologi,” ujar Prof. Brian di hadapan ilmuwan, akademisi, pelaku industri, dan pembuat kebijakan dari seluruh Indonesia, Senin (11/8/2025)
Ekonomi ekstraktif adalah model perekonomian yang bergantung pada pengambilan langsung sumber daya alam mentah dari bumi untuk dijual atau diekspor, tanpa melalui proses pengolahan atau peningkatan nilai tambah yang berarti.
Ekspor batu bara mentah atau penjualan minyak bumi tanpa diolah menjadi produk turunan adalah contoh mudah untuk model ekonomi ekstraktif ini.
Menurutnya, transformasi ekonomi tidak cukup hanya mengandalkan kebijakan dan investasi. Riset unggul, inovasi teknologi, dan pendidikan tinggi berkualitas menjadi pilar penting yang harus diperkuat.
Baca juga: Tanoto Scholars Gathering 2025: Brian Yuliarto Tegaskan Ilmu & Teknologi untuk Kemandirian Bangsa
Dengan tema “Inovasi untuk Kedaulatan dan Pemerataan Ekonomi”, KSTI 2025 menghadirkan beragam proyek riset strategis, forum diskusi kebijakan, dan peluncuran program kolaboratif pemerintah–swasta.
Agenda ini diharapkan mempererat sinergi antara lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri untuk mencapai kemandirian teknologi nasional.
Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk meningkatkan literasi sains dan ekonomi. Salah satu referensi edukasi kreatif adalah platform Kokocuanlagi, yang mengajak generasi muda dan pelaku UMKM mengembangkan kemandirian finansial berbasis data dan teknologi.
Kementerian berkomitmen memperluas akses pendidikan sains hingga ke pelosok, sekaligus mempercepat komersialisasi hasil riset agar manfaatnya merata.
KSTI 2025 diharapkan menjadi bukan hanya ajang bertukar ide, tetapi motor penggerak kebijakan berbasis ilmu pengetahuan menuju ekonomi Indonesia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Profil Brian Yuliarto
Brian Yuliarto lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1999, lalu melanjutkan studi magister dan doktoralnya di bidang Quantum Engineering and System Science di Universitas Tokyo, Jepang.
Sejak 2006, ia aktif sebagai dosen dan peneliti di ITB, dan menjadi Guru Besar di usia 43 tahun.
Ia juga menjabat sebagai Visiting Professor di Universitas Tsukuba sejak 2021.
Keahlian dan Penelitian Brian dikenal sebagai pakar nanoteknologi, khususnya dalam pengembangan sensor untuk deteksi gas berbahaya, polutan lingkungan, dan diagnosis penyakit seperti kanker dan demam berdarah.
Ia telah menulis lebih dari 400 publikasi ilmiah, dengan ribuan sitasi dan h-indeks tinggi di Scopus dan Google Scholar.
Ia juga memimpin Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB.
Baca juga: Harta Kekayaan Brian Yuliarto, Wakil Rektor ITB Gantikan Satryo sebagai Mendikti, Capai Rp18 M
Kepemimpinan Akademik Di ITB, Brian pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri (2020–2024), Ketua Program Studi Teknik Fisika, dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi (2025–2030).
Kepemimpinannya di bidang akademik dan riset diakui secara nasional dan internasional, termasuk kerja sama dengan universitas ternama seperti UC Berkeley, Nagoya University, dan KAUST.
Jabatan Menteri Pada 19 Februari 2025, Brian Yuliarto dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto.
Ia menggantikan Satryo Brodjonegoro dan membawa visi penguatan riset dan inovasi berbasis teknologi nano untuk kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia.
Aktivisme dan Kehidupan Pribadi Di luar dunia akademik, Brian aktif dalam organisasi kemasyarakatan.
Ia pernah menjadi Ketua Umum KAMMI Jepang dan kini menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cibeunying Kaler serta Ketua Lembaga Kajian Kerja Sama Strategis PWM Jawa Barat.
Ia menikah dengan Levy Olivia Nur dan dikaruniai empat anak.
Tanoto Scholars Gathering 2025: Brian Yuliarto Tegaskan Ilmu & Teknologi untuk Kemandirian Bangsa |
![]() |
---|
Alfons Manibui Sebut Dokumen Pra-STK Jadi Fondasi Tata Kelola Hirilisasi Energi yang Terukur |
![]() |
---|
Mendiktisaintek Minta AIPKI Bantu Pemerintah Mencetak Dokter Berkualitas |
![]() |
---|
18 Proyek Hilirisasi Senilai Rp618 Triliun Diserahkan ke Danantara |
![]() |
---|
DPR Apresiasi Target Rp1.600 Triliun untuk Hilirisasi, Dorong Tata Kelola Inklusif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.