Strategi Industri Makanan Ringan Lokal Hadapi Serbuan Produk Impor di Marketplace
Pasar makanan ringan lokal belakangan mulai dibanjiri produk impor, termasuk yang masuk melalui kanal digital seperti TikTok Shop.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasar makanan ringan di Indonesia terus tumbuh positif. Namun, di saat yang sama, pasar domestik mulai dibanjiri produk impor, termasuk yang masuk melalui kanal digital seperti TikTok Shop.
PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) salah satu produsen makanan ringan lokal optimistis produk snack lokal masih memiliki daya saing tinggi.
Direktur Utama AISA, Gerry Mustika, menegaskan kunci menjaga dominasi pasar terletak pada inovasi berkelanjutan dan kolaborasi strategis.
“Loyalitas konsumen terhadap snack relatif rendah. Karena itu, penting menciptakan varian rasa baru, menjaga excitement konsumen, dan menghadirkan pengalaman berbeda,” ujar Gerry di sela-sela peluncuran kolaborasi Taro dan Pokémon di ajang Indonesia Games Expo (IGX) 2025, ICE BSD, Banten, Sabtu (4/10/2025).
Gerry menuturkan, meski produk impor semakin mudah masuk, riset konsumen menunjukkan snack lokal masih lebih unggul di mata masyarakat.
“Keunggulannya jelas, kita lebih paham lidah orang Indonesia, lebih tahu karakter pasar. Selain itu, kita mampu menyediakan berbagai ukuran kemasan dan rentang harga yang sesuai dengan kantong masyarakat, mulai dari Rp1.000 sampai Rp2.000,” tegasnya.
Hal ini dinilai penting karena daya beli masyarakat Indonesia sangat beragam dan sensitif terhadap harga.
Pasar Masih Tumbuh
Berdasarkan data internal, pasar snack nasional tercatat tumbuh 13 persen, sementara Taro tumbuh lebih tinggi, yakni 20 persen.
“Ini kontribusi yang cukup baik buat kami. Bila tren ini berlanjut, tentu prospeknya positif,” kata Gerry.
Baca juga: Emiten Makanan Ringan GOOD Siap Tebar Dividen Tunai Rp331,92 Miliar
Selain inovasi produk, AISA juga menyiapkan investasi jangka panjang melalui kolaborasi dengan brand global seperti Pokémon.
“Investasi ini sudah kami rencanakan jauh-jauh hari. Kami yakin kolaborasi ini membawa nilai positif bagi brand kami dan sesuai dengan skala yang kami proyeksikan sejak awal,” jelas Gerry.
Strategi AISA juga diarahkan menjangkau konsumen muda, terutama Gen Z dan milenial, yang dikenal cepat berganti selera dan selalu mencari produk baru.
“Generasi muda butuh sesuatu yang fresh dan relevan. Kolaborasi dengan Pokémon memperkuat engagement sekaligus menjaga relevansi brand,” ujar Gerry.
Menurut Gerry, masuknya snack impor bukanlah ancaman, melainkan pemacu agar industri lokal terus berinovasi.
“Dunia sudah terbuka, kita berkompetisi secara sehat. Yang terpenting adalah menghadirkan produk relevan dengan selera konsumen Indonesia,” pungkasnya.
Dengan strategi inovasi, kolaborasi, serta pemahaman terhadap karakter pasar lokal, AISA optimistis snack buatan Indonesia tetap menjadi pilihan utama konsumen di tengah derasnya serbuan produk asing pada 2025.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.