Selasa, 9 September 2025

Virus Corona

Lockdown Corona di China, Kasus Perceraian dan Kekerasan Meningkat, Mengapa?

Wan menyoroti bahwa kantor polisi daerah Jianli di Jingzhou telah menerima 162 laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga pada bulan Februari.

STR/AFP
Foto diambil pada Rabu, 23 Maret 2020 menunjukkan penduduk bersorak saat anggota tim bantuan medis dari Chongqing berangkat untuk pulang setelah membantu upaya pemulihan virus corona atau COVID-19 di daerah Yunmeng, di kota Xiaogan di Provinsi Hubei, China Tengah. China pada 24 Maret 2020 mengumumkan bahwa lockdown terhadap lebih dari 50 juta orang di Provinsi Hubei akan dicabut. 

Sementara itu Sixth Tone melaoporkan, pendiri organisasi nirlaba kekerasan anti-rumah tangga di Jingzhou, Hubei, yakni Wan Fei, mengatakan bahwa laporan kekerasan dalam rumah tangga hampir meningkat dua kali lipat sejak kota-kota China dikunci.

Wan menyoroti bahwa kantor polisi daerah Jianli di Jingzhou telah menerima 162 laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga pada bulan Februari.

Jumlah tersebut meningkat lebih dari tiga kali dibandingkan dengan 47 kasus yang dilaporkan pada bulan yang sama pada tahun 2019.

Global Times melaporkan bahwa pada 6 Maret, organisasi Wan telah mencatat lebih dari 300 kasus di wilayah Jianli dan kota Qianjiang sejak Wuhan menjadi tempat pertama yang dikunci pada 23 Januari.

Penyebabnya bermacam, yakni kehilangan pendapatan, terperangkap di rumah, dan kurangnya perhatian oleh pihak berwenang.

“Epidemi telah mengubah gaya hidup orang; orang-orang menghabiskan terlalu banyak waktu di rumah dan ada ketidaknyamanan untuk hidup mereka," jelasnya.

"Faktor kedua adalah kerugian ekonomi, epidemi telah melemahkan kapasitas daya tahan psikologis kebanyakan orang."

Baca: Plus dan Minus yang Dirasakan Ayu Azhari Selama Pandemi Virus Corona

Wan digaungkan oleh Feng Yuan, pendiri sebuah LSM yang berbasis di Beijing yang berfokus pada kekerasan gender, menyatakan, lockdown memunculkan sikap laten untuk kekerasan.

Dia menambahkan bahwa ada juga kurangnya tanggapan oleh pihak berwenang terhadap kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga mengingat bahwa polisi terlalu sibuk mengurus soal penguncian (lockdown).

Sementara pengadilan yang mengeluarkan perintah ditutup. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan