Sabtu, 6 September 2025

Virus Corona

Bamsoet : Bahaya Jika PSBB Berlangsung Lama

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai Pembahasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan membahayakan perekonomian nasional.

MPR RI
Bamsoet saat memimpin rapat teleconference persiapan konser virtual, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Jumat (17/4/20). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai Pembahasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan membahayakan perekonomian nasional, jika dilaksanakan dengan waktu panjang. 

"Durasi pembatasan sosial yang berkepanjangan tidak hanya memenjarakan masyarakat di rumah masing-masing, tetapi juga akan menuntun semua orang ke dalam perangkap kebuntuan yang bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (26/4/20).

Menurutnya, pembatasan yang berlarut-larut akan memerangkap semua orang pada kebuntuan, karena tidak ada lapangan kerja yang tersedia dan meningkatkan jumlah warga miskin. 

Baca: Ganindra Bimo Dapat Perlakuan Tak AEnak Dari Pelayan Restoran Saat Istrinya Positif Covid-10

Baca: Inter Milan Ingin Rekrut Paul Pogba untuk Diduetkan dengan Christian Eriksen

Baca: Wali Kota Bekasi Curhat, Warganya yang Meninggal Sudah Ratusan, Tapi Kesadaran Tetap Kurang

Ia menilai, jika pandemi covid-19 tidak segera bisa diakhiri, pembatasan sosial dengan ragam ketentuan pengetatan tentunya harus berlanjut. 

Akibatnya, pabrik berhenti produksi. Kegiatan distribusi dibatasi dan diperketat. 

"Tak hanya itu, layanan transportasi masal dikurangi dalam skala ekstrim. Pusat belanja (mal) dan restoran harus tutup. Sehingga, konsekuensinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terhindarkan," ucapnya. 

Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu menuturkan, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, tidak kurang dari 30 ribu pekerja sektor pariwisata terancam kehilangan pekerjaan. 

Bali juga berpotensi rugi hingga Rp 135 triliun akibat sepinya wisatawan. 

Maskapai penerbangan lokal mencatat rugi lebih dari Rp 2 triliun. Para petani dan buruh sawit terancam kelaparan akibat ekspor sawit melambat.

"Itulah penggalan dari keseluruhan penderitaan masyarakat akibat Pandemi covid-19 yang mengharuskan diterapkannya pembatasan sosial dengan ketat," paparnya.
 

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan