Virus Corona
Denyut RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet (1): Takut Tertular, Tak Rela Satu Ruangan dengan Pasien Baru
Saking penuhnya antrean di dalam tenda besar, orang yang hendak menunggu giliran rapid test harus berada di luar, berpanas-panas matahari.
Ruangan isolasi itu cukup luas. Ada ruang tamu, kamar tidur dua, dan kamar mandi.
Kamar tidur itu yang satu untuk dua orang berukuran 3 x 4 meter, ada dua tempat tidur, satu meja kecil, dan satu lemari besar.
Kemudian satu kamar lagi hanya berisi satu tempat tidur.

Di ruang tamu ada sofa dan meja panjang. Sedang kamar mandi cukup luas.
Sayang di kamar yang luas itu tak ada tempat penggantungan pakaian. Paku menancap pun tak ada.
Menjelang waktu berbuka puasa, petugas medis datang membawa dus makanan untuk berbuka puasa.
Isinya daging sapi, ayam, rebus kedelai, rebus toge, dan pisang.
Sedangkan untuk tajil sudah tersedia di dekat ruang perawat.

Beberapa menit setelah selesai buka puasa, seorang perawat masuk ke ruangan untuk memeriksa tensi.
Kemudian ia mengabarkan ke PDP baru, esok hari akan dilakukan Swab, pemeriksaan lendir di tenggorokan.
Petugas medis itu mengaku sudah sebulan tidak bertemu keluarga.
Ketika lepas dinas ia menempati kamar sebuah hotel yang disediakan pemerintah.
Ia juga mengaku tak tahu sampai kapan ia bertugas di Wisma Atlet.
Ada yang lucu di pakaian alat pelindung diri (APD) petugas medis. Misalnya di punggungnya bertuliskan, "Cepat Sembuh, Cepat Cari Jodoh."

Di balik kesungguhan melaksanakan tugas berat, ada keakraban di antara petugas medis. Sesekali saling bercanda dan memijat pundak untuk meregangkan ketegangan.
Di ruang nomor 27 sudah ada pasien dua orang. Udin yang baru berusia 20 tahun, mengaku baru tiga hari menghuni kamar isolasi, namun sudah merasa jenuh.
"Setiap hari cuma main ponsel, buka YouTube di laptop, mengaji, dan lari-lari kecil olahraga. Jenuhnya bukan main," katanya.
Namun ia sering menghibur orang lain.
"Yah, bagaimana lagi, kita nikmati saja, Pak," katanya.