Selasa, 12 Agustus 2025

Virus Corona

Gejala Klinik Pasien Corona di Jawa Timur Berbeda dengan Negara Lain, Bukti Virus Terus Bermutasi

Mayoritas gejala klinis yang dialami oleh pasien Covid-19 di Indonesia khususnya Jawa Timur berbeda dengan yang ada di Eropa maupun di Wuhan, China.

Editor: Miftah
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Ilustrasi Virus COrona- Mayoritas gejala klinis yang dialami oleh pasien Covid-19 di Indonesia khususnya Jawa Timur berbeda dengan yang ada di Eropa maupun di Wuhan, China. 

TRIBUNNEWS.COM - Mayoritas gejala klinis yang dialami oleh pasien Covid-19 di Indonesia khususnya Jawa Timur berbeda dengan yang ada di Eropa maupun di Wuhan, China.

Jika di Eropa, Amerika dan China, mayoritas gejala penderita Covid-19 adalah demam dengan suhu badan di atas 38 derajat Celcius dan sesak nafas.

Namun di Jawa Timur, mayoritas penderita Covid-19 mempunyai gejala batuk dan pilek.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi mengungkapkan perbedaan gejala ini disebabkan karena tipe virus Sars Cov 2 yang menyerang juga berbeda.

Joni menjelaskan tipe virus Sars Cov 2 bermacam-macam mulai dari A, B, dan C.

"Di asia tenggara mayoritas sel virusnya tipe B beda dengan tipe A yang menyerang negara lain," kata Joni, Rabu (13/5/2020).

Joni menjelaskan banyaknya jenis atau tipe virus ini karena virus terus bermutasi untuk berkembang.

Baca: Faisal Basri: Sektor Pariwisata dan Otomotif Akan Paling Cepat Bangkit Pasca Pandemi Corona

Baca: Pemerintah Terbitkan PP Pemulihan Ekonomi Nasional Lindungi Perekonomian di Tengah Wabah Corona

Baca: Arab Saudi Berlakukan Jam Malam karena Virus Corona Selama Idul Fitri

"Asal induknya 1 tapi bermutasi, dia tidak bisa beranak jadi dia memecah diri untuk beranak pinak," lanjut Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya ini.

Joni melanjutkan, angka kematian di Eropa dan Amerika akibat Covid-19 sangat tinggi sekali, padahal teknologi dan manajemen kesehatan di kedua benua tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan negara di Asia termasuk Indonesia.

"Jadi virulensinya lebih daripada yang di kita. Kita kan kelihatannya angka persentase kematiannya lebih tinggi tapi karena mungkin case nya tidak terdeteksi oleh kita. Kalau Casenya terdeteksi seluruhnya mungkin persentase nya tidak terlalu tinggi," kata Joni.

Namun bisa saja ketika seseorang terserang virus Sars Cov 2 dengan tipe yang sama, gejala klinis yang ditimbulkan berbeda.

"Gejala klinis itu tergantung ketahanan tubuh, respon tubuh, dan jenis virusnya. Virulensinya sama tapi tergantung ketahanan tubuh menghadapi virus tersebut," imbuhnya.

Joni menjelaskan 52,1 persen pasien Covid-19 di Jawa Timur mengalami gejala klinis batuk, kemudian 35,1 persen pilek dan barulah demam 26,2 persen.

Setelah itu sesak nafas 24,7 persen, lemah 22,9 persen, menggigil 18,1 persen, sakit tenggorokan 17,1 persen, sakit otot 14,9 persen, mual dan muntah 13,5 persen, sakit kepala 13,5 persen, sakit perut 10,4 persen, lalu terakhir diare 7,5 persen.

Sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi mengungkapkan gejala paling menonjol dalam kasus Covid-19 di Jawa Timur adalah batuk dan pilek.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan