Virus Corona
LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Pedoman Baru Indonesia Hadapi Era New Normal
strategi pertama adalah menurunkan tingkat pembatasan sosial ke skala yang lebih kecil. Dalam hal ini merujuk ke level RT/RW.
Penulis:
Vincentius Jyestha Candraditya
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap enam strategi dan pedoman baru Indonesia untuk menghadapi era kenormalan baru atau new normal.
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan strategi pertama adalah menurunkan tingkat pembatasan sosial ke skala yang lebih kecil. Dalam hal ini merujuk ke level RT/RW.
"Masuk ke era new normal, pembatasan sosial tetap diberlakukan jika masih ada potensi penyebaran virus namun skalanya diperkecil. Tidak lagi dalam skala luas yakni level kota/kabupaten atau provinsi, namun pembatasan diberlakukan di level RT/RW desa atau cluster tertentu saja," ujar Rully, dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/6/2020).
Baca: Saat Buron, Nurhadi Diduga Dilindungi Oknum Jenderal, BW: Feeling Saya KPK Enggak Berani Selidiki
Menurutnya hal itu akan membuat wilayah yang tidak terpapar virus atau zona hijau dapat kembali beraktivitas dengan protokol kesehatan ketat.
Rully mencontohkan Bali sebagai wilayah yang berhasil melakukan pembatasan sosial di skala yang lebih kecil tanpa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Strategi kedua yaitu fleksibilitas terkait dibuka atau ditutupnya area atau cluster sesuai perkembangan kasus dengan penerapan pembatasan sosial berskala kecil di level RT/RW.
Ketika kasus di suatu wilayah menurun maka area tersebut dapat dibuka. Namun juga bisa ditutup kembali jika ada kasus baru atau peningkatan kasus.
Rully mengatakan kebijakan ini tentunya harus ditopang dengan kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan test virus dan kemampuan untuk melakukan pelacakan terhadap penyebaran virus agar memudahkan dalam membuat mapping wilayah.
Kemudian strategi ketiga yaitu perlunya keterlibatan aktif pemimpin masyarakat di berbagai sektor untuk mengedukasi, menerapkan dan mengawal penerapan protokol kesehatan di lingkungan mereka masing-masing.
"Contohnya para ulama atau pendeta di tempat ibadah, pengusaha di mal, restoran, pabrik, kepala sekolah atau rektor di lembaga pendidikan dan lainnya, semuanya bahu-membahu menjamin bahwa protokol kesehatan diterapkan dengan baik," ungkapnya.
Strategi keempat adalah melindungi masyarakat yang lebih rentan, terutama yang berusia 45 tahun ke atas. Rully merujuk kepada data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bahwa 80 persen mereka yang meninggal karena Covid-19 berada pada rentang usia tersebut.
Selain itu, data tersebut menunjukan lima penyakit penyerta yang berkontribusi terhadap angka kematian penderita Covid-19, antara lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit paru kronis.
"Artinya dari data-data tersebut, mereka yang berusia diatas 45 tahun dan atau memiliki kelima penyakit penyerta diatas harus lebih dilindungi. Salah satunya adalah di berbagai sektor usaha, tempat kerja maupun di rumah, mereka dibolehkan untuk bekerja dari rumah," kata dia.
Sementara itu, strategi kelima yang diungkap LSI Denny JA adalah untuk memperkuat imunitas. Berdasarkan pendapat ahli, Rully mengatakan memperkuat imunitas tubuh dapat menahan laju penyebaran dan meminimalisir dampak virus.
Cara untuk meningkatkan imun tubuh, kata dia, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, suplemen tubuh, vitamin, serta beristirahat dan olahraga secara teratur.