Covid-19 Melonjak Lagi, Hong Kong Larang Warganya Kumpul Lebih dari 2 Orang & Makan di Restoran
Hong Kong ketatkan aturan di negaranya demi menekan wabah penyebaran virus corona semakin meluas.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Hong Kong telah melarang pertemuan lebih dari dua orang karena negara-negara di seluruh dunia mencoba mengendalikan wabah Covid-19.
Mereka juga melarang warganya makan di restoran dan mewajibkan peraturan untuk mengenakan masker di tempat-tempat umum.
Hal itu setelah lonjakan kasus virus corona yang ditransmisikan secara lokal terjadi selama tiga minggu terakhir.
Pihak berwenang Hong Kong melaporkan 145 kasus pada Senin kemarin, dimana 142 kasus yang ditularkan secara lokal.
Langkah-langkah itu mulai berlaku pada Rabu (28/7/2020).

Baca: Hong Kong Berlakukan Denda Rp9,3 Juta Bagi Warga Tak Pakai Masker di Kendaraan Umum
Diketahui, langkah tersebut merupakan pertama kalinya Hong Kong melarang warganya makan di restoran.
"Situasinya sangat mengkhawatirkan karena wabah saat ini adalah yang paling parah yang pernah dialami kota itu," ujar Kepala sekretaris Matthew Cheung, dikutip dari Sky News.
Cheung mengatakan langkah-langkah baru akan diberlakukan selama tujuh hari.
Wilayah itu, dengan populasi lebih dari tujuh juta, telah menghentikan layanan makan malam mulai jam 6 sore pada awal Juli.
Sebab kekhawatiran akan adanya gelombang ketiga infeksi.
Pihak berwenang mengizinkan restoran dan kafe berfungsi sepanjang hari seperti biasa.

Baca: Bakal Dibuka, Disneyland Hong Kong Bakal Terapkan Protokol New Normal
Lebih dari 2.600 orang telah terinfeksi virus corona di Hong Kong sejak akhir Januari, dengan 20 di antaranya meninggal.
Langkah-langkah di Hong Kong datang ketika Daniel Andrews, perdana menteri negara bagian Victoria di Australia, mengatakan pendorong terbesar infeksi baru di sana adalah orang-orang yang terus bekerja setelah menunjukkan gejala.
Victoria melaporkan rekor 532 kasus pada Senin kemarin.
Melbourne, kota terbesar di negara itu, hampir setengah jalan dalam lockdown enam minggu yang ditujukan untuk mencegah penyebaran virus oleh masyarakat.
"Inilah yang mendorong angka-angka ini dan pengunciannya tidak akan berakhir sampai orang-orang berhenti bekerja dengan gejala dan malah pergi dan dites," tutur Andrews.

Baca: Terobosan Baru, Peneliti Australia Temukan Tes yang Bisa Deteksi Covid-19 dalam 20 Menit
Australia adalah salah satu dari banyak negara di Asia-Pasifik di mana wisatawan asing pada dasarnya dilarang.
Ketika diizinkan masuk pun, diharuskan untuk mengikuti tes dan karantina yang ketat.
Pada saat yang sama, beberapa negara yang membiarkan resume perjalanan internasional terbatas mempertimbangkan kembali, ketika banyak kelompok kasus berkembang menjadi wabah baru.
Beberapa negara Eropa memperingatkan warga untuk tidak mengunjungi Spanyol.
Setelah beberapa tempat musim panas yang paling dicintai itu berubah menjadi hotspot Covid-19 yang menghadapi lockdown kembali.
Baca: Update Corona Global 28 Juli 2020: Total 16,6 Juta, Brasil 2,2 Juta Infeksi, India 1,4 Juta
Salah satu kasus baru Korea Selatan baru-baru ini adalah seorang wisatawan yang tiba minggu lalu dari Selandia Baru, yang belum memiliki kasus yang ditularkan masyarakat dalam tiga bulan.
Bukti apa pun wisatawan tersebut tertular virus di Selandia Baru akan mengejutkan negara kepulauan yang berpenduduk lima juta orang.
Otoritas kesehatan Selandia Baru mengatakan mereka akan melacak dan menguji orang-orang yang melakukan kontak dengan wisatawan dan juga meminta agar wisatawan diuji ulang.
Para pejabat Selandia Baru mengatakan rekan-rekan mereka dari Korea Selatan mencurigai wisatawan itu terinfeksi saat transit melalui Singapura.
"Kami memiliki sistem pelacakan kontak kami," kata menteri kesehatan Chris Hipkins.
(Tribunnews.com/Maliana)