Sabtu, 6 September 2025

Virus Corona

Menkes Jerman: Vaksin Covid-19 Rusia Berbahaya, Bisa Mematikan Kepercayaan pada Vaksin di Masa Depan

Menteri Kesehatan Jerman mengungkapkan, vaksin Covid-19 buatan Rusia berbahaya, karena dapat mematikan kepercayaan pada vaksin di masa depan.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Shutterstock
Ilustrasi vaksin Covid-19. 

Di AS, sejumlah vaksin saat ini sedang dikembangkan.

"Jika kami ingin mengambil risiko menyakiti banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami bisa mulai melakukannya, minggu depan jika kami ingin. Tapi bukan begitu cara kerjanya," kata Fauci.

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah koronavirus di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020.
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah koronavirus di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020. (AFP/ALEXEI DRUZHININ)

Sementara itu, Putin menegaskan, vaksin buatan negaranya telah diuji sepenuhnya.

"Saya tahu bahwa ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat, dan saya ulangi, vaksin telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," jelas Putin.

Dia menambahkan, putrinya telah diinokulasi dengan suntikan pengobatan dan merasa sehat.

Namun, peringatan yang dikeluarkan oleh orang-orang seperti Fauci dan Spahn telah menggarisbawahi kekhawatiran bahwa Rusia telah mengambil jalan pintas untuk mencetak poin melawan rival geopolitik mereka.

Vaksin itu bahkan bernama Sputnik V.

Diketahui, Sputnik V adalah satelit bumi yang dikirim Rusia ke luar angkasa sebelum AS meluncurkannya.

Baca: Vaksin Antivirus Corona Sputnik V Buatan Rusia Dua Minggu Lagi Siap Dipakai

Baca: Brasil Mulai Pembicaraan dengan Rusia untuk Produksi Vaksin Sputnik V

Permasalahan Vaksin Sputnik V dari Rusia

Kemajuan vaksin Rusia telah menjadi kontroversi sejak awal.

Percobaan Sputnik V telah ditandai dengan masalah opasitas dan etika yang mengkhawatirkan, seperti yang dikatakan oleh Asosiasi Organisasi Uji Klinis Rusia pada akhir Mei 2020 lalu.

Pengujian awal vaksin ini disebut sebagai pelanggaran norma penelitian.

Dilansir Guardian, uji coba terhadap terhadap relawan, termasuk di militer, juga mengangkat masalah etika.

Pasalnya, tidak diketahui apakah relawan yang berpartisipasi ditekan untuk tidak menjelaskan efek samping vaksin, mengingat perbedaan tanggaan yang diberikan oleh militer dan warga sipil.

Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet.
Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

Kini, muncul adanya dorongan produksi massal tanpa menyelesaikan uji coba Tahap Tiga.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan