Minggu, 10 Agustus 2025

Penanganan Covid

UPDATE Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac , 1.620 Relawan Tidak Ada yang Sakit Berat

Berdasarkan keterangan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Prof Kusnaedi Rusmil, sementara ini 1.620 relawan penerima vaksin Sinovac sehat.

TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Ade Eddy Adhyaksa, memperlihatkan lengan kanannya seusai disuntik vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Keempat pejabat tersebut resmi menjalani penyuntikan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19 dengan menjalani banyak prosedur, dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan kondisi tubuh, rapid test, penyuntikan, kemudian menunggu reaksi penyuntikan selama 30 menit. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Usia 18 - 59 tahun merupakan usia produktif yang memiliki aktivitas atau keseharianyang memang memerlukan mobilitas tinggi.

"Apakah mereka yang bersekolah, apakah bekerja, yangberada di usia produktif, sehingga itu yang mendapat prioritas. Dan itu ternyata di Indonesia demikianjuga," kata Prof Soedjatmiko.
Data yang diperoleh Prof Soedjatmiko dari Penanggulangan Covid-19 Indonesia, yang berumur antara 31 - 45 tahun itu yang meninggal karena Covid-19 hanya 13 persen.

Di atas 46 tahun sampai di atas 60tahun, itu hampir 71 persen yang meninggal.

Artinya bahwa memang usia-usia produktif itulah yangberpotensi sakit, meninggal, dan menularkan.

Sedangkan yang di bawah 18 tahun itu jumlah yangterinfeksi atau meninggal dunia sangat kecil sekali.
Hal demikian juga dialami oleh berbagai negara. Atas dasar itu, uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac fase I sudah dibatasi antara umur 18 - 59 tahun.

Berkaca dari batas usia itu, uji klinis yang dilakukan pada usia-usia tersebut berarti aman dan efektif. "Sehingga nanti tingkat imunisasi pada kelompok usia itu," kata dia.

Dijelaskan, dua pertimbangan usia di bawah 18 tahun dan 60 tahun ke atas tidak menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19.

Satu bahwa pada kenyataannya, di bawah 18 tahun itu sedikit yang kena dan sedikit yang meninggal akibat Covid-19.

Di atas 60 tahun itu banyak yang meninggal dunia, tetapi kebanyakan justru disebabkan penyakit penyerta.

Namun, lanjut dia, ada satu sudut pandang lain mengapa rentang usia di bawah 18 tahun dan di atas 60 tahun tidak jadi prioritas.

"Ada satu sudut pandang lain, yang namanya herd imunnity (imunitas masyarakat). Kalau cakupan imunisasi cukup tinggi, khusus untuk Covid-19 itu di atas 75 persen, maka yang sisanya yang 25 persen itu akan terlindungi, tidak akan tertular, tidak akan sakit berat," kata dia.

Yang berusia 18 - 59 tahun itu mendapat vaksin minimal 75 persennya, maka yang tidak diimunisasi akan terlindungi juga secara tidak langsung karena penularan tidak sampai ke mereka.

Selain itu, mereka yang berusia antara 18 - 59 tahun adalah kelompok yang tergolong memiliki mobilitas tinggi.

"Yang pergi-pergi keluyuran kan yang berusia 18-59. Di atas itu sudah berkurang, sudah pensiun, dan yang di bawah itu tidak sekolah. Maka itu saya sangat setuju sekolah sementara tutup dulu sampai aman banget untuk mengurangi risiko itu," ujar dia.

"Jadi kalau cakupan imunisasi pada kelompok usia 18-59 tahun itu tinggi cakupannya dalam waktu
singkat, dalam waktu enam bulan, maka insyaallah yang kelompok di atas 60 tahun dan di bawah 18
tahun akan terlindungi," Prof Soedjatmiko memastikan. (tribun network/genik)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan