Amphuri Keluhkan Tiket Umrah Seperti Minyak Goreng: Mahal dan Langka
Tak hanya harga tiket yang 'naik setinggi lagit', persoalan yang lebih pelik yakni sulitnya mendapatkan tiket yang bak 'hilang ditelan bumi'.
Editor:
Fitriana Andriyani
TRIBUNAMBON.COM - Penyelenggara umrah melalui Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) keluhkan sulitnya mendapatkan tiket bagi jamaah umrah.
Persoalan tiket umrah saat ini bahkan diibaratkan seperti masalah minyak goreng yang beberapa waktu lalu dialami masyarakat Indonesia; mahal dan langka.
"Penyelenggara Umrah saat ini mengalami kegalauan yang luar biasa selain susahnya mendapatkan Tiket Umrah yang 'seperti ditelan bumi', juga harga tiket Umrah yang di luar batas kewajaran," dikutip Tribunnews.com dari keterangan tertulis dari Kabid Umrah DPP Amphuri Zaky Zakariya Anshary.
Sebelum menghadapi sulitnya memperoleh tiket umrah, penyelenggara haji dan umrah telah melewati berbagai permasalah terkait haji dan umrah.
Seperti masa pandemi yang menyebabkan tutupnya Umrah Haji selama 2 tahun hingga masalah Haji Furoda yang mayoritas visanya tidak keluar dan hangusnya tiket Furoda.
Menyambut musim Umrah 1444H/2022-2023 beberapa bulan lalu mulai muncul harga tiket Umrah EY yang awalnya Rp 10 jutaan sekarang sudah naik hingga Rp 13 jutaan.
Kemudian Muncul SV yang awalnya Rp 12,1 jutaan sekarang sudah Rp 14,1-15 jutaan, JT yang awalnya Rp 12-13 jutaan, pada 27 Juli 2022 menerbitkan edaran kenaikan Rp 300 ribu.
Tak hanya itu, GA yang awalnya Rp 13 jutaan, pada 29 Juli terjadi perubahaan harga menjadi Rp 15,6 jutaan.
Baca juga: Pemerintah Arab Saudi Kembali Buka Pengajuan Visa Umrah
Bahkan jika membeli ke broker atau agent tiketing, harga bisa lebih mahal lagi dengan selisih mulai dari Rp 200 ribu - 1 jutaan.
Padahal rata rata penyelenggara menganggarkan tiket musim ini antara Rp 12 hingga 13 jutaan.
Maka dari itu, sekiranya tiket Umrah melambung tinggi tentu perlu ada penyesuaian harga Umrah lagi.
Tak hanya harga tiket yang 'naik setinggi lagit', persoalan yang lebih pelik yakni sulitnya mendapatkan tiket yang bak 'hilang ditelan bumi'.
"Diajukan ke airlines selalu bilang fullbooked, ke wholeseller juga susah bahkan anehnya rata rata tiket dipegang oleh broker tiket/agent tiketing lepas yang tidak mempunyai perusahaan dan juga jamaah sehingga ada dugaan 'seperti ada permainan antara airlines dan broker'," keluh para penyelenggara.
Contoh yang dialami Khazzanah Tours mengajukan ribuan tiket ke salah satu penerbangan hanya mendapat beberapa group saja.
Baca juga: Menteri Agama Minta Program Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah Lebih Memperhatikan Kesehatan Jemaah
Fenomena tersebut terjadi di semua asosiasi sehingga Amphuri minggu lalu membuat survey kebutuhan tiket anggota antara Agustus-Oktober.
Walau hanya sedikit yang melaporkan, tapi terhimpun kebutuhan tiket jamaah yang belum dapat hingga kurang lebih 10 ribu tiket.
Sebagai contoh, Al Bilad memerlukan 430 tiket, Tursina 800an tiket, dan banyak kasus lainnya.
Atas kondisi tersebut Amphuri berharap adanya peran serta semua Asosiasi, dibantu DPR sebagai perwakilan masyarakat bisa mendorong pemerintah, dalam hal ini Kemenhub dan Kemenag.
Amphuri berharap pemerintah bisa membantu penyelenggara utnuk menemukan solusi mengurai permasalah Tiket Umrah.
Termasuk soal dugaan adanya 'permainan harga tiket umrah', Amphuri mengharap semua pihak penerbangan menghentikannya.
Meski tak dipungkiri, demand umrah cukup tinggi, karena sektor umrah setiap tahun yang selalu menjadi penyumbang tertinggi income semua penerbangan berbanding dengan sektor lainnya.
Kenyataan tersebut, kata Amphuri mestinya bisa menjadi alasan pihak penerbangan untuk menjaga hubungan baik dengan semua asosiasi & travel umrah haji.
Pasalnya, jika dugaan permainan harga tiket umrah oleh airlines benar adanyam yang akan menjadi korban adalah masyarakat sendiri.
Baca juga: Aplikasi Ini Menjadi Panduan Berhaji dan Umrah Ramah Lingkungan
Dalam menghadapi masalah tiket Umrah ini, Amphuri sudah mengadakan rapat pengurus bidang Umrah dan penerbangan.
Dalam forum tersebut, Amphuri mencari penyebab mahal dan langkanya tiket dan solusi dalam menghadapinya.
Sepuluha sosiasi pun telah mengadakan rapat melalui Forum Sekjen dalam membahas masalah tiket Umrah dan solusinya.
Dari hasil rapat dan diskusi antara penyelenggara dapat disimpulkan beberapa penyebab langka dan mahalnya tiket Umrah.
1. Demand yang tinggi berbanding tersedianya pesawat.
2. Tiket transit di negara ke-2 banyak dipakai jalur transit untuk penerbangan tujuan Eropa dan Amerika seperti jalur Turki, UEA, dll.
3. Masyarakat di negara transit misalnya Turki, UEA, dll jg memerlukan tiket umrah
4. Ketersediaan pesawat yang terbatas di setiap airlines
5. Ada unsur memanfaatkan demand yg tinggi dari pihak airlines dan broker tiket
6. Kenaikan avtur, dollar dan airport tax yang semestinya tak terlalu signifikan.
Seperti Lion Air hanya naik Rp 300 ribu masih wajar, tetapi penerbangan lain kenaikannya di luar batas wajar.
TK awalnya hanya Rp 14 jutaan sekarang hingga 17 jutaan harga tiketnya. Semestinya airlines tidak memanfaatkan demand tinggi ini dengan menarif harga semaunya.
Baca juga: Sejak Awal 2022, Jemaah Umrah Melalui Bandara Soekarno-Hatta Tembus 340.000 Orang
Solusinya yang mungkin ditempuh Asosiasi & penyelenggara:
1. Dialog nego dengan airlines bersangkutan
2. Mengadukan ke Kemenhub dan Kemenag
3. Bahkan ada usulan dan rencana boikot untuk sementara tidak memberangkatkan Umrah.
Amphuri pun berharap pemerintah bisa melindungi dan menormalisasi harga tiket Umrah.
Dengan demikian, penyelenggara dan masyarakat bisa kembali bisa melaksanakan ibadah Umrah dengan lancar dengan harga yang wajar.
(*)