Ibadah Haji 2025
Kemenag Bakal Terapkan Mitigasi Agar Jamaah Haji Tak Tercecer dengan Sistem One Syarikah One Kloter
Kemenag bakal mendorong penerapan sistem One Syarikah One Kloter untuk keberangkatan jemaah haji gelombang kedua dari Indonesia.
Penulis:
Rizki Sandi Saputra
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI (Kemenag) Hilman Latief, menyatakan, pihaknya bakal mendorong penerapan sistem One Syarikah One Kloter untuk keberangkatan jemaah haji gelombang kedua dari Indonesia.
Hal itu dilakukan kata Hilman, sebagai mitigasi atas pelaksanaan keberangkatan jamaah haji gelombang pertama, agar jemaah tidak lagi tercecer saat keberangkatan.
"Kami mendorong untuk menentukan kloter di sana yang berbasis syarikah dengan hotel terdekat dengan menerapkan prinsip One Syarikah One Kloter secara ketat mulai gelombang II. Ini sudah kita lakukan," kata Hilman, saat rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (19/5/2025).
Lebih lanjut, Hilman juga memastikan apabila merujuk pada jadwal keberangkatan kelompok terbang (kloter) jamaah pekan ini, maka daftarnya kata dia, berada dalam satu kloter yang sama.
Satu kloter itu kata dia, diurus oleh satu Syarikah yang sama untuk nantinya bisa berangkat bersamaan tanpa harus khawatir tercecer sebagaimana dialami oleh jamaah yang berangkat pada gelombang pertama ini.
"Jadi kalau kita lihat Bapak-Ibu di minggu ini, isi pesawat 494 itu satu syarikah semua Pak dan itu pasti satu hotel semua," ucap dia.
Meski demikian, dirinya tidak menampik bakal adanya jamaah atau petugas yang kemungkinan akan masih terpisah.
Pasalnya kata dia, proses penerbitan visa petugas yang tidak bisa dilakukan sejak awal membuat proses penerbitan visa menjadi lambat.
"Kenapa petugas juga terpisah? Itu pertanyaannya ya. Petugas itu tidak awal-awal, tidak bisa kita visakan di awal. Kita tahu bahwa petugas itu melambatkan tambahan, itu kan di tengah-tengah, menjelang akhir," tukas dia.
Diketahui, proses keberangkatan jamaah haji Indonesia tahun ini menghadapi persoalan dengan banyaknya jamaah yang tercecer dengan kelompok terbang (kloter) yang seharusnya.
Baca juga: Tinjau Bandara Adi Soemarmo Solo, DPR RI Bahas Peningkatan Pelayanan Jemaah Haji
Bahkan tidak banyak dari jamaah yang merupakan pasangan suami-istri, saudara, hingga anak dan orang tua yang keberangkatan hajinya terpisah padahal berada dalam kloter yang sama.
Hal itu didasarkan salah satunya pada banyaknya pembagian kelompok Syarikah yang pada tahun ini berjumlah menjadi delapan kelompok.
Namun kekinian, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi dan Syarikah sepakat bahwa pasangan jemaah terpisah dapat bergabung dalam penempatan hotel di Makkah.
Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis M Hanafi mengatakan, PPIH sebelumnya terus menjalin komunikasi intensif dengan Kementerian Saudi dan Syarikah agar bisa menggabungkan kembali jemaah yang terpisah dalam satu hotel meski berbeda syarikah.
"Dengan komunikasi yang intensif dan terus menerus antara kami, Kementerian Haji Arab Saudi dan Syarikah selaku penyedia layanan, akhirnya menyepakati satu kesimpulan, yaitu jemaah yang terpisah dari pasangannya bisa digabungkan kembali dalam satu hotel, walaupun syarikahnya berbeda-beda," ujar Muchlis melalui keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).
Penggabungan ini, kata Muchlis, juga telah disepakati antarsyarikah.
Sehingga, antarsyarikah sudah berkomitmen untuk melayani jemaah, dan akan menata kembali penempatan jemaah terpisah di hotel syarikah masing-masing.
"Penggabungan ini adalah atas dasar kemanusiaan dan kepedulian kita bersama, baik PPIH Arab Saudi, Syarikah, dan Kementerian Haji Arab Saudi," katanya.
Dengan penggabungan ini, Muchlis meminta Ketua Kloter untuk mendata pasangan yang terpisah dan jenis syarikahnya dalam 1x24 jam sejak kedatangan jemaah di Makkah.
"Sedangkan bagi jemaah yang sudah bersama pasangan namun belum melapor, kami minta untuk melaporkannya segera ke Ketua Kloter untuk kelancaran pergerakan jemaah saat puncak haji , yaitu Armuzna,” katanya.
PPIH juga telah meminta Kadaker Makkah untuk menunjuk Penanggungjawab khusus penggabungan pasangan terpisah ini.
Muchlis menambahkan, haji bukan hanya soal perjalanan fisik, namun juga perjalanan hati dan jiwa.
Dirinya memastikan kenyamanan batin adalah bagian layanan yang harus dijunjung tinggi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.