II World Media Summit
India Wartawan Bukan India Raja Sinetron
India Connection begitu kuat. Mereka tidak hanya di Asia dan Eropa, tapi juga di Amerika Serikat.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi, dari Moskow
DUA hari di Moskow, Rusia, saya bertemu dua kawan India yang baik.
Satu wanita bekerja di surat kabar India, Times of India. Dia sangat senang dengan neneknya yang baru saja merayakan ulang tahun ke-100 sebelum wanita lajang ini terbang ke Moskow untuk II World Media Summit.
India satunya lagi bekerja sebagai editor senior surat kabar paling besar di Singapura, The Straits Times.
Ini teman lain dari The Straits Times. Tahun 2003, saya bertemu wartawan koran Singapura ini ketika sama-sama meliput Perang Irak II di Bagdad. Dia meminjami saya telepon satelit --dan saya tidak pernah melupakan betapa besar jasanya.
Kami bertemu di meja sarapan, makan siang, dan makan malam. Juga jalan-jalan mengelilingi kota Moskow.
Teman di Straits Times ini --dulu bekerja di Bloomberg-- bertanya apakah saya membawa rokok kretek. Ya, tentu saja, dan kami segera akrab.
Rokok adalah alat membuka pertemanan yang ampuh dan itu terbukti.
Dengan wartawan Spanyol, mulailah bicara sepak bola dan Anda akan merasa sudah berteman lebih 100 tahun.
Teman Spanyol, yang berasal dari Catalunya, sangat antusias bercerita tentang Xavi Hernandez, bintang idolanya. Xavi adalah gelandang Spanyol (yang baru saja merebut juara Euro 2012) dan Barcelona. Dia orang Catalan, musuhnya Madrid.
Orang India sangat cepat akrab. Apalagi bertemu sesama India yang dengan gampang dikenali dari warna kulit, bentuk wajah, dan hidung.
Kami duduk di meja sarapan lantai 20 Crown Plaza Hotel, Kamis pagi ini, ketika dua India mampir ke meja kami.
Di luar, matahari cerah. Suhu cukup hangat. Lalu lintas di jalan samping Moscow River mulai padat. Di bawah, hutan kota memancarkan warna segar kehijauan.
Mereka segera akrab. Dua India ini datang dari Pakistan, bekerja untuk kantor berita APP (Assosiated Press of Pakistan), tidak ada hubungannya dengan AP.
Saya intip name tag salah satu dari India Pakistan ini. Dari namanya dia Muslim sedangkan dua kawan India Singapura dan India India ini penganut Hindu.
Apapun mereka cepat sekali akrab. Sambil tertawa saya bilang "Saya India Indonesia" dan kami pun tertawa.
India Connection begitu kuat. Mereka tidak hanya di Asia dan Eropa, tapi juga di Amerika Serikat.
Di Moskow, India Times punya perwakilan. Sedangkan di Singapura, The Straits Times menerbitkan Tabla! -- tabloid komunitas bertiras 30 ribu eksemplar untuk orang India Singapura.
Di Silicon Valley, pusat IT Amerika, banyak orang India. Micro chip Intel Pentium yang terkenal itu konon ditemukan orang India.
Di Indonesia kita mengenal India sebagai pengusaha. Ada pula raja sinetron.
Orang Inggris mengenal Laskmi Mital, raja baja dan salah satu orang terkaya di dunis versi Forbes.
Saya menemukan sisi lain India di sela-sela II World Media Summit di Moskow, forum yang dihadiri pimpinan dan pengelola media massa dari seluruh dunia. Mereka adalah India Wartawan, bukan India IT atau India Raja Sinetron.(*)