Saat Ini Jumlah Pecandu Narkoba di Jepang Semakin Meningkat
Jumlah pecandu narkoba (narkobais) di Jepang semakin meningkat
Editor:
Budi Prasetyo
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah pecandu narkoba (narkobais) di Jepang semakin meningkat. Dalam sepuluh hari di tahun 2015 saja polisi sudah menangkap sekitar 20 orang.
Berarti satu hari sedikitnya dua orang dan kemungkinan juga pedagang narkoba, mengisap dan atau menggunakan narkoba hanya di Tokyo saja. Kalau Jepang ada 47 perfektur dan seandainya satu perfektur 2 orang narkobais, berarti sehari sedikitnya 94 narkobais ditahan polisi Jepang.
Koran Mainichi hari ini (menceritakan kisah beberapa pecandu narkoba yang juga pengedar atau pedagang narkoba di Jepang.
Kejadiannya tanggal 7 Agustus tahun lalu jam 4 pagi di daerah Denenchofu, Otaku Tokyo, tempat perumahan orang kaya di Jepang. Seorang pengendara taksi berputar dan berkendaraan agak aneh di daerah tersebut. Polisi melihat gerakan mencurigakan tersebut menyetop dan sopir taksi dengan terus terang mengakui menggunakan narkoba.
"Apakah mengisap?" tanya polisi, "Saya mengisap pak," jawab sopir taksi tersebut langsung dan jujur. Lalu polisi meminta sopir taksi ke luar dan menggeledah dirinya dan isi dalam mobil tersbeut.
Dari saku celana ditemukan pipa logam yang digunakan untuk menghisap dan kantong plastik yang berisi fragmen tanaman ganja.
Penangkapan tetap terhadap sopir itu dilakukan tanggal 24 September setelah melalui proses hukum dengan dukungan investigasi, seperti pendapat ahli mengenai obat. Hasilnya, dengan mengisap ganja itu tidak mungkin sopir mengendari dengan normal. Jadi akan membahayakan keselamatan manusia.
Pengakuan narkobais sopir taksi itu menjelaskan bahwa sejak Februari lalu dia mulai mengisap narkoba. Pusing dengan hutangnya 10 juta yen gara-gara dipakai buat berjudi pacuan kuda. Lalu harus bayar tunjangan anak karena perceraian, "Saya hanya ingin melupakan itu semua," paparnya.
Lalu dia mendapat narkoba dari daerah Ikebukuro Tokyo. Satu kantong berisi tiga gram bisa dihisap digunakan sekitar 10 kali. Kantong itu dibelinya dnegan harga 3000 yen. Digunakan dicampur rokok menggunakan pipa pengisap.
"Saat merokok lalu minum bir, duduk santai, bengong, melayang enak sekali rasanya. Lalu saya bawa juga saat mengendarai taksi sekitar Juli lalu. Saat tak ada tamu yang naik taksi, baru saya hisap. Kalau lagi macet atau perjalanan jauh rasanya tidak capai, enak sekali, jam terasa pendek kalau mengisap narkoba," paparnya.
Di tempat lain, di daerah Ikebukuro Tokyo sekitar jam 1:30 pagi hari seorang narkobais mencoba membeli narkoba di sana. Ada sekitar 10 orang tamu pelanggan yang membeli narkoba juga hingga jam 7 pagi. Dari pembicaraan yang ada terekam alat perekam, dalam kurun waktu sekitar enam jam saja ada 60 transaksi penjualan narkoba. Berarti di satu tempat saja satu jam saja ada 10 transaksi penjualan.
Apabila sekali transaksi 3000 yen, berarti 180.000 yen sedikitnya uang masuk dari penjualan narkoba selama enam jam di satu tempat saja di Ikebukuro Tokyo. Padahal di Ikebukuro Tokyo, dari pengamatan Tribunnews.com adalah daerah semrawut banyak anggota Yakuza pula dan banyak keturunan China pula. Jadi pasti sangat banyak sekali transaksi narkoba di sana.
Menurut Departemen Anti Narkoba Kepolisian Metropolitan Tokyo, sebagai majikan atau pemilik perusahaan taksi, kesiapan perusahaan menjauhkan kecelakaan, haruslah tinggi dengan memberikan kesadaran kepada pengemudinya. Catatan alat perekam terhadap pengemudi harus diperiksa secara teratur sehingga bisa mengetahui adanya bahaya narkoba di dalam taksi.
Umumnya taksi di Jepang ada alat perekam, bukan hanya perekam teknis seperti argo bensin dan sebagainya, tetapi ada pula perekam suara dan gambar untuk mengawasi isi dalam sebuah taksi. Dengan alat perekam tersebut pemilik perusahaan taksi yang memonitor terus semua itu sebenarnya dapat mengetahui keanehan perilaku pengemudi taksi selama berkendaraan.