Rafli, Anak Yatim dan rintihan Aceh di masa konflik
Mewarisi musik tradisional secara turun-temurun, Rafli menggali musik tradisional Aceh dan memadukannya dengan musik modern. Sebagian karyanya mewakili kegetiran Aceh di masa konflik.
"Saya rasa, ini ada semacam sinergi alam, sinergi kondisi, sinergi rasa, yang sudah berproses lama."
Dia kemudian menambahkan: "Apakah orang luar tidak pernah mendengar rintihan ini. Ini suatu penyampaian universal bahwa persoalan kemanusiaan akhirnya tersampaikan juga dengan melodi ini."
Mewarisi musik tradisional Aceh
Diawali kegelisahan terhadap nasib musik tradisional Aceh, Rafli menggali inspirasi dari peninggalan syair-syair kuno Aceh untuk sebagian besar lirik dan irama lagunya.
Ayahnya, Muhammad Isa, dan ibunya, Masniar adalah seniman musik tradisional Aceh sangat mewarnai karakteknya dalam bermusik.
Dan dibesarkan dalam keluarga seniman yang mendalami musik tradisional Aceh, Rafli kemudian menggali khazanah musik tradisional itu dan memadukannya dengan musik modern.
"Saya merasa punya tugas penting untuk bisa menampilkan kandungan tradisional Aceh yang harus ditampilkan dalam bentuk modern dan dinamis," kata Rafli yang di masa mudanya pernah menggeluri musik rock ini.
Sikap Rafli yang tidak menolak sentuhan musik modern, rupanya, sesuai dengan pandangannya yang mendukung agar Aceh membuka diri terhadap nilai-nilai dari luar.
"Kita harus menawarkan Aceh terbuka akan hal-hal yang baru," kata Rafli yang pernah meraih penghargaan "Duta Perdamaian Aceh" dari sejumlah organisasi internasional.
Namun demikian, lanjutnya, "kita tetap selektif dalam penyerapan dan penerapannya sesuai etika dan estetika Aceh."
"Contoh, syairnya berisi pesan pentingnya menjaga kebersamaan. Terus komposisinya lebih ke jazz tapi tetap ada instrumen tradisi. Nah, kalangan anak muda akan melihat ini sebagai sesuatu yang berkarakter bagi mereka: 'Kok terasa saya di Aceh'," ungkapnya.
"Kalangan muda yang sangat mudah terbawa arus dengan persoalan 'kemodernan', nah, mereka bisa masuk ke dimensi esensi apa yang ingin saya sampaikan," jelas Rafli yang pernah kuliah di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini.
Lagu 'Seulanga'
Selain lagu Anak Yatim yang melejitkan namanya, ada satu lagu lainnya yang dianggapnya sebagai "karya terbaiknya" sejauh ini, yaitu Seulanga.
Seulanga adalah nama bunga dalam bahasa Aceh. Seperti lagu Anak Yatim, melalui perumpamaan bunga itu tadi, Rafli secara simbolis menggambarkan apa yang disebutnya sebagai kepiluan Aceh saat dilanda konflik.
"Membuat lagu Seulanga ini, ada semacam kepiluan yang sangat luar biasa saya pada Aceh," ungkap suami Dewi Lisnaida dan ayah empat anak ini, mulai bercerita.