Wisata Jepang
Menikmati Indahnya Pesona Gunung Jimba Takao Jepang
Gunung Jimba Takao di Hachioji pinggiran barat Tokyo ini memiliki ketinggian 857 meter, sangat indah terutama saat udara jernih.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Gunung Jimba Takao di Hachioji pinggiran barat Tokyo ini memiliki ketinggian 857 meter, sangat indah terutama saat udara jernih seperti Senin (19/10/2015) kemarin. Kita bisa melihat Gunung Fuji dengan baik dari kejauhan.
Dari tengah Tokyo memakan waktu kira-kira dua setengah jam sampai ke kaki Gunung Jimba khususnya ke perhentian bus Jimba Kogenshita seperti yang dilakukan Tribunnews.com, Senin (19/10/2015).
Kereta api naik Chuo Line atau Keio Line turun di stasiun kereta api Takaosan (Gunung Takao) pintu Utara. Lalu naik Bus No.32 (berangkat sejam sekali, misal bus pertama jam 6.51, lalu jam 7.35, jam 8.34 sampai dengan jam 20.34 terakhir) bayar 540 yen sampai dengan perhentian terakhir Jimba Kogenshita.
Jangan lupa jam pulang bus ke Takaosan eki (stasiun kereta api) sejam sekali, setiap angka 25 menit, misalnya jam 14.25. Terlambat tiba di tempat bus, berarti kita harus menunggu sejam lagi.
Dari tempat penghentian bus Jimba Kodenshita kita ke kanan sedikit, masuk jalan kecil menanjak sampai ke pinggiran masuk ke hutan sekitar 1,4 km.
Dari pintu masuk hutan itu, tanjakan cukup berat, sangat disarankan membawa tongkat pendukung di tangan kita agar tak jatuh karena tanah hutan dan gunung licin. Juga, pakailah sepatu khusus mendaki gunung, dengan telapak sepatu yang "menggigit" landasan, jangan asal sepatu olahraga biasa.
Mendaki mungkin masih lebih baik dari pada saat pulang turunan karena bahaya slip dan jatuh biasanya saat turun gunung. Untung saja kemarin cuaca udara sangat baik, cerah indah sehingga sampai di puncak gunung, sekitar satu jam perjalanan mendaki gunung, kita bisa melihat, menikmati gunung Fuji dari kejauhan dengan indahnya.
Sebelum sampai ke puncak gunung kita akan menemukan dua kali percabangan. Tapi jangan takut, ada petunjuk baik bahasa Jepang maupun bahasa Inggris menunjukkan arah Puncak Gunung Jimba.
Tiba di puncak gunung langsung kelihatan patung putih tinggi, itulah kuda putih Jimba lambang kekuatan, yang dibangun September 1969 oleh perusahaan swasta Jepang, Keio Railways Corporation dan Asosiasi Pariwisata Hachioji.
Penuh pesona setelah berada di puncak Gunung Jimba ini, ikut membantu menghilangkan rasa lelah kita. Tampak jelas di kejauhan berbagai daerah di sekitarnya. Mungkin karena kemarin cuaca sangat cerah.
Di Puncak gunung ada pula meja kursi untuk istirahat, serta restoran menyediakan berbagai makanan dan minuman Jepang. Tentu harganya dua kali lipat lebih mahal. Misalnya jus apel yang biasanya 120 yen dijual 250 yen per botol. Bisa dimaklumi untuk naik ke atas puncak gunung itu memang berat sekali.
Banyak para pendaki membawa makanan (bento) dan minuman sendiri lalu dinikmati saat berada di puncak Gunung Jimba.
Udara saat itu memang sangat bagus tak terlalu panas ataupun dingin, mungkin sekitar 20 derajat Celcius. Dan terpenting, di puncak gunung ini angin pun tak begitu kencang, malah membuat mata mengantuk.
"Yang ke sini ada pula seorang wanita muda, jalan sendiri, ingin santai. Ada pula sepasang suami istri, santai minum sake, menikmati pergantian wakti tengah malam, istirahat sebentar lalu pagi hari turun gunung. Yang bepergian malam banyak yang pakai senter lampu di kepala untuk menerangi jalan," kata lelaki pemilik toko di puncak Gunung Jimba yang sangat ramah menjelaskan berbagai bunga langka yang ada di sekitar puncak gunung itu.
Rute jalan pendakian ini mungkin baik bagi yang baru memulai mendaki gunung, tidaklah berat, tetapi mungkin cukup berat bagi yang baru mulai mencoba mendaki gunung. Sangat direkomendasikan asalkan jangan lupa pakai sepatu khusus mendaki gunung.
Turun dari Gunung Jimba bisa pula ke arah menuju Gunung Kagenobu ke arah lain lagi. Tapi tentu perjalanan akan lebih jauh lagi dan ceritanya akan lain karena bisa menuju Kotoboke Shiroyama, gunung lain lagi yang juga sangat indah.
Satu hal yang menarik adalah pendakian gunung di Jepang sangatlah bersih, terjaga baik tak ada sampah. Kalau pun ada sampah, pasti diambil seseorang yang melihatnya. Asri alamiah dan aliran sungai gunung, yang ada di Gunung Jimbe juga sangat jernih bisa diminum (kalau mau).
Para pendaki yang bertemu berlawanan arah selalu menyapa, "Konnichiha" atau selamat siang, dan sebagainya. Satu kode etik bagi pendaki gunung di Jepang untuk mengingat pula serta membantu satu sama lain apabila terjadi kesulitan bahkan kecelakaan satu sama lain.
Sehingga dapat menjelaskan kepada para petugas penyelamat, bertemu di mana, kira-kira jam berapa, sehingga sejarah proses korban kecelakaan dapat terdeteksi dengan baik. Akhirnya diketahui penyebab kecelakaan yang terjadi.