Senin, 22 September 2025

Profesor Yuji Yamada: Kini Tidak Ada Lagi Ninja di Jepang

Profesor universitas Mie spesialis ninja, Yuji Yamada mengungkapkan saat ini tidak ada ninja lagi.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews/Richard Susilo
Yuji Yamada (50) kelahiran Numazu Perfektur Shizuoka, profesor Universitas Mie spesialisasi mengenai Ninja Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sekitar tahun 1800-an ada ninja pencuri atau perampok (dorobo ninja).

Biasanya meraka dari kalangan miskin, kemudian belajar olahraga Ninjutsu sehingga menjadi ahli bela diri.

Mereka beroperasi malam hari dan melakukan pencurian atau perampokan untuk bisa menghidupi dirinya sehari-hari.

"Memang zaman dulu ada ninja pencuri dan banyak dilakukan kalangan kaum miskin supaya bisa hidup. Kemudian mulai hilang karena para ninja ini akhirnya malah disewa dan dapat gaji bulanan atau upah kalau diperintah sesuatu," kata Yuji Yamada (50) kepada Tribunnews.com, Kamis (1/6/2017).

Bahkan belakangan di jaman Edo menjadi satu keluarga besar, seperti keluarga sendiri tetapi mengawasi keselamatan dari belakang tuan rumah dan keluarganya.

Profesor universitas Mie spesialis ninja ini juga mengungkapkan saat ini tidak ada ninja lagi.

"Dengan situasi kondisi yang ada saat ini tak perlu dan memang tak ada ninja lagi. Namun bukan tidak mungkin menjadi ninja walaupun sangat berat upaya menjadi ninja selain penguasaan ilmu bela diri Ninjutsu," tambahnya.

Ninja itu masih manusia biasa. Tak ada yang bisa terbang seperti di film-film ninja. Tapi mereka punya kekuatan dan ilmu yang tinggi sampai kepada penguasaan ilmu dalam atau semacam black magic.

Baca: Setiap Tahun Lima Orang Dikontrak untuk Promosikan Ninja, Ada Juga Warga Amerika

"Karena manusia ya bukan tidak mungkin apabila dia lemah bisa jatuh ke hal yang buruk dalam penguasaan ilmu black magic nya serta dunia luar manusia lainnya," kata dia.

Itulah sebabnya muncul pertentangan antar ninja di masa lalu karena memang ada yang jatuh ke dunia yang tidak benar karena kelemahan manusia itu sendiri.

"Meskipun demikian tidak ada ninja putih atau ninja hitam, tidak ada pertentangan keras antara klan ninja Iga dan Koga," kata dia.

"Keributan yang ada antara klan Iga dan klan Koga hanya ada di film saja supaya tambah seru filmnya. Dalam kenyataan tidak ada dan ini sudah saya teliti sejarah yang ada. Saya peneliti ninja bukan penyaji hiburan," kata Yamada.

Dengan demikian sebenarnya klan Iga dan klan Koga berjalan dengan baik saling kerja sama hingga kini.

Lalu pecah menyebar ke berbagai daerah masing-masing di Jepang, tetapi tetap klan Iga dan klan Koga saja.

"Dulu sekali mungkin di zaman Sengoku (1493-1590) bukan tidak mungkin banyak sekali klan ninja bertebaran di Jepang. Tetapi pada akhirnya terutama saat zaman Edo (1603-1868) akhirnya klan menjadi dua hanya Iga dan Koga saja hingga kini," ujarnya.

Ninja yang mempelajari ninjutsu berbeda dengan orang yang mempelajari Bujitsu seperti yang ada saat ini sensei Bujitsu adalah Masaaki Hatsumi, salah satu muridnya adalah klan Shibata yang juga mencitrakan diri sebagai ninja.

"Saat ini tidak ada ninja dan kalau ada keturunan ninja terakhir saat ini hanya dosen universitas Mie, Jinichi Kawakami (68) saja," kata Yamada.

Kawakami belajar menjadi ninja sejak usia 6 tahun.

Baca info lengkap ninja di www.shinobi.news.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan