Gerhana Bulan
Waspadai Potensi Hujan Lebat dan Banjir Pasca Gerhana Bulan
Menurut penjelasan Dwikorita terkait peta gerhana bulan total 31 Januari di Indonesia, ada tujuh fase gerhana bulan yang akan terjadi.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Dewi Agustina
Aliran udara tersebut semuanya menuju ke belahan bumi selatan tepatnya ke arah Australia, akibatnya beberapa wilayah Indonesia bagian barat dan selatan terlewati aliran udara dingin asia Samudera Hindia, dan Filipina.
Kondisi inilah yang memicu terjadinya potensi hujan dan angin dengan kecepatan tinggi, terutama di Aceh, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, Papua Barat, dan Papua.
Dwikorita menambahkan kondisi ini membawa uap air baik dari Samudera Pasifik maupun Hindia dari arah barat sehingga mengakibatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau berkisar 36 km/jam hingga 35 knot atau 70 km/jam di daerah tersebut.

Selain itu juga terjadi gelombang tinggi Laut Jawa, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, Perairan Utara Jawa Tengah, Perairan Utara NTB hingga NTT, serta Pesisir Utara Pulau Jawa.
Gelombang tinggi 4.0 hingga 6.0 meter (very Rough Sea) berpeluang terjadi di Samudera Hindia Selatan Jawa hingga NTT, Perairan Selatan P. Sumba-P. Sawu-P. Rote-Laut Timor, dan Laut Arafuru.
Sementara tinggi gelombang 2.5-4.0 meter (Rough Sea) berpeluang terjadi di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Selat Sunda Bagian Selatan, Perairan Selatan Jawa, Perairan Kepulauan.
*Waspada potensi genangan, banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat terutama di daerah rawan banjir dan longsor.
*Waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang/roboh.
*Tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat/petir.
*Waspada kenaikan tinggi gelombang, potensi rob dan dampaknya.
*Waspada hujan lebat disertai angin kencang yang berbahaya bagi kapal berukuran kecil.
*Menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. (tribun/srihandriatmo malau)