Feminis Alice Schwarzer: Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Terjadi
Feminis Alice Schwarzer acap dianggap kontroversial. Pendiri majalah Emma ini menjelaskan alasannya mengadvokasi perempuan dari negara-negara…
DW: Buku baru Anda "Meine algerische Familie (Keluarga Aljazair saya-Red)". Dalam buku itu, Anda menggambarkan sebuah keluarga yang sebagiannya religius dan sebagian lain tidak. Apa motivasi Anda memilih topik seperti itu pada saat ini?
Alice Schwarzer: Saya justru ingin menunjukkan bahwa tidak semua perempuan Muslim mengenakan jilbab, bahwa tidak semua pria Muslim adalah teroris dan gemar menyerang perempuan, bahwa mereka sebenarnya tetangga kita, orang-orang biasa seperti kita. Tapi tentu saja mereka sendiri diancam oleh kaum Islamis seperti di Aljazair. Karena korban pertama kaum fanatik agama ini bukanlah kita, orang Barat, tetapi orang Muslim sendiri.
Saya ingin menunjukkan bahwa negara seperti itu, sama seperti Afghanistan, terbelah - antara tradisi dan kemajuan. Kedua negara, Aljazair dan Afghanistan, menyandang sistem patriarki tradisional, dan masih menuangkan minyak pada api lewat pidato kebencian. Itu gabungan hal yang mengerikan, sangat eksplosif. Saya percaya bahwa kita perlu belajar untuk bergabung dengan yang kaum yang tercerahkan dan kaum demokrat di negara-negara ini.
DW: Di antara jutaan Muslim di sini di negara ini, ada banyak sekali orang yang juga sangat menderita akibat radikalisasi, terutama para ibu, yang harus mengalami bagaimana anak-anak mereka dikungkungi oleh fanatisme agama. Apakah kebijakan pemerintah di sini cukup membantu atau bersumbangsih?
Alice Schwarzer: Tidak. Politik telah mengecewakan mereka. Pertama, pemangku kebijakan membuat kesalahan dengan menganggap para pendatang baru ini secara kultural sebagai "orang lain". Jadi pemerintah menetapkan dua standar, atas nama tradisi dan agama lain. Toleransi yang salah. Hak asasi manusia, aturan hukum dan kesetaraan jender berlaku untuk semua orang, terlepas dari latar belakang budaya dan agama mereka.
Sejak awal tahun 90an kita di semua negara barat, dan saya juga berbicara tentang Jerman, mengalami agitasi Islam yang sangat kuat. Fenomena ini disponsori oleh Arab Saudi, Turki dan Iran. Mereka mengirimkan imam, mengirmkan pengkhotbah kebencian. Dan para agitator Islam ini masuk ke berbagai komunitas. Mereka menghasut pria-pria dengan propaganda mereka. Dan kami orang Jerman tidak menentang propaganda ini. Kami tidak menguliahi dengan mengatakan: ‘Kalian hidup dalam alam demokrasi yang juga memberi kalian kesempatan, jadi seharusnya kalian bisa belajar. Anda harus menjadi bagian dari Jerman, Anda harus belajar bahasa Jerman, Anda dapat mencari pekerjaan, Anda dapat memenuhi syarat-syarat untuk tinggal di sini.‘
Kita tidak bilang pada para anak perempuan, "Kalian bisa bebas seperti teman-teman Jerman kalian, kami akan urus itu, kami akan membantu Anda. Dan jika dicegah untuk hal itu, kami akan melindungi Anda‘. Kita telah gagal untuk melakukan semua ini.
Sementara itu, kita tidak hanya memiliki masyarakat paralel, seperti yang ditulis oleh rekan Jerman-Turki baru-baru ini di "Emma", kita memiliki counter-society, dengan kebiasaan-kebiasaan lain dan hukum lainnya berlaku. Dan mereka menyerang kita.
DW: Seperti yang Anda tahu, saya sendiri berasal dari Afghanistan dan telah tinggal di sini selama lebih dari 35 tahun. Di masa kecil dan masa muda saya, saya mengalami hidup yang sangat berbeda. Hak-hak perempuan tidak dibicarakan pada saat itu, tetapi perempuan, setidaknya di kota-kota, dapat bersekolah dan tentu saja lulus. Jilbab bukanlah paksaan, pakaian modis dan berwarna-warni untuk rok mini cukup umum di jalanan. Khususnya pada generasi saya, kepercayaan diri yang kuat berkembang sebagai seorang wanita. Namun dalam hampir 40 tahun mengalami perang, perempuan kehilangan hak-hak mereka. 8 Maret adalah "Hari Perempuan Sedunia" - oleh karena itu pertanyaan dan permintaan saya kepada Anda: Apa yang bisa, harus dilakukan oleh para wanita di Afghanistan untuk mencapai kesuksesan bagi diri mereka sendiri? Dan bagaimana Anda bisa menginspirasi ini sebagai contoh yang cemerlang?
Alice Schwarzer: Saya akan lancang mengatakan apa yang harus dilakukan wanita di Afghanistan sekarang, termasuk soal apa yang bisa mereka lakukan.
Saya pun memulai perjuangan hak perempuan pada awalnya bukan untuk mendapat pujian. Dan saat ini banyak yang memusuhi saya. Tapi mereka tidak mengatakan: itu salah, apa yang dikatakan Alice Schwarzer. Mereka tidak berdebat, mereka mencemarkan nama baik. Saya tahu banyak yang tak sepakat dengan saya, tetapi saya tidak tahu apakah hidup saya dalam bahaya karena saya menuntut hak yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kekerasan adalah masalah di negara Anda. Tentu saja, kami di dunia Barat, akan benar-benar memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu. Saya melakukannya untuk saya! Saya seorang jurnalis, saya membuat koran - kami di sini melakukan itu! Para wanita di negara-negara yang didominasi Islam dapat menghubungi kami kapan saja - kami melaporkan situasi Anda dan mencoba untuk membantu. Kalau tidak, saya hanya bisa mengatakan, saya harap para perempuan Afghanistan tidak kehilangan keberanian mereka. Saya berharap itu, dan saya akan sangat bahagia, jika itu terjadi.
Interview dilakukan oleh Nadia Fasel (DW).