Hari Tanpa Tembakau Dunia: Ketika tembakau disebut 'obat dari Tuhan' sampai menjadi 'pembunuh senyap'
Di tengah peringatan Hari Tanpa Tembakau Dunia pada 31 Mei, rangkaian foto ini akan merunut bagaimana masyarakat awalnya memandang tembakau
Mereka dianjurkan mengisap rokok secara bebas guna menutupi bau jenazah serta melindungi mereka dari ancaman penyakit yang timbul dari jenazah.
Saat wabah penyakit merebak di London pada 1665, anak-anak diperintahkan mengisap tembakau di ruang kelas.

Asap tembakau diyakini dapat melindungi manusia dari aroma tidak sedap yang dianggap sebagian orang membawa penyakit.
Mereka yang ditugasi mengubur para jenazah mengisap tembakau menggunakan pipa untuk mengusir penyakit.
Namun, di antara kalangan penganjur tembakau sebagai obat sekalipun, ada sebagian orang yang skeptis terhadap manfaat tembakau.
Dokter asal Inggris bernama John Cotta, yang menulis sejumlah buku kedokteran dan ilmu sihir, merenungkan pada 1612 apakah tembakau bakal menjadi "monster dari banyak penyakit".

Walau ada skeptisisme, tembakau sangat diminati dan para apoteker memasoknya dalam jumlah banyak.
Salah satu manfaat tembakau pada zaman itu yang membuat khalayak masa kini mengernyitkan dahi adalah untuk korban tenggelam. Caranya adalah mengembuskan asap tembakau ke anus korban.
Para dokter saat itu meyakini asap tembakau akan melawan sensasi dingin pada tubuh korban sehingga korban bisa cepat hangat dan sadar. Perangkat tembakau disediakan di bantaran Sungai Thames untuk situasi darurat.
Meniupkan asap tembakau ke dalam telinga juga dianjurkan untuk mengobati orang sakit telinga pada abad ke-18.

Setelah zat nikotin ditemukan pada daun tembakau pada 1828, dunia medis mulai lebih skeptis pada anggapan bahwa tembakau bisa dipakai sebagai obat.
Meski demikian, pengobatan memakai tembakau masih dapat ditemui pada zaman itu, termasuk penggunaan pada anus untuk melawan sembelit, pendarahan wasir, dan mengatasi cacing.
Ketika dunia medis mulai menyoroti kebiasaan merokok pada 1920-an dan 1930-an, merek rokok Camel mencoba meyakinkan para konsumen dengan mengklaim bahwa kaum dokter merekomendasikan publik untuk merokok dan para dokter mengisap rokok Camel.
Perusahaan rokok itu juga menyebut merokok direkomendasikan oleh para penyanyi untuk "mengusir ketidakmurnian pada organ tenggorokan yang sensitif".
