Kamis, 4 September 2025

Mengapa lebih banyak orang kini menghadiri upacara 'pemakamannya sendiri'?

Upacara pemakaman untuk orang yang masih hidup, yang sudah ada di Korea Selatan dan Jepang serta kini sedang populer di Inggris, diperkirakan

Terbayangkah menghadiri pemakaman Anda sendiri - ketika Anda masih hidup? Upacara ini sudah ada di Korea Selatan, juga di Jepang (dengan nama seizenso), dan kini sedang populer di Inggris.

Apakah meningkatnya upacara seperti ini pertanda membicarakan kematian bukan lagi tabu? Jika ya, mungkin hal ini bisa berdampak positif bagi kesehatan mental kita. Sebuah kajian di tahun 2009 menemukan bahwa memikirkan kematian lima menit sehari dilakukan dalam seminggu, akan mengurangi pikiran-pikiran depresif.

Meningkatknya upacara pemakaman untuk orang yang masih hidup ini menjadi tanda berubahnya budaya berduka. Orang mulai berpaling dari upacara keagamaan dan memikirkan alternatif, seperti pemakaman ramah lingkungan dengan peti mati yang bisa terurai secara biologis.

Awal tahun ini, bintang Hollywood Luke Perry dikubur memakai baju dari jamur yang diakui bisa mengurangi polutan yang berasal dari racun tubuh yang kadang dilepaskan saat pembusukan tubuh.

Bukan tabu

Bahkan di Inggris mulai bisa disewa "perusuh pemakaman" yang datang dengan pesan dari orang yang dimakamkan yang kadang-kadang dipenuhi humor.

Ini berbeda sekali dengan aturan ketat seputar pemakaman semisal pakaian hitam saat berduka. Bahkan pada masa Victorian, orang yang ditinggal mati diharuskan memakai pakaian hitam tanda duka selama dua tahun, serta menghindari pertemuan sosial selama setahun.

Orang yang berduka bisa juga menyimpang seikat rambut mendiang atau memakai perhiasan khusus.

David Williamson, dari St. Leonard Hospice di kota York berencana memperkenalkan pemakaman untuk orang yang masih hidup ke pada pasien-pasiennya. Selama 3o tahun, Williamson menyelenggarakan pemakaman di gereja di Inggris dan ia kagum dengan segala pujian yang disampaikan teman-teman dan keluarga kepada mendiang.

Menyembunyikan emosi

"Saya kadang bertanya kepada mereka," kata Williamson, "Apakah Anda pernah mengatakan itu semua kepada mendiang ketika mereka masih hidup?".

"Mereka menjawab tidak," kata Williamson.

Williamson melihat bahwa orang-orang Inggris cenderung untuk menyembunyikan emosi mereka. Maka pemakaman untuk orang yang masih hidup dianggapnya bisa "membebaskan orang untuk mengeluarkan emosi tanpa merasa malu atau canggung."

Georgia Martin, 28, mulai meyelenggarakan pemakaman untuk orang hidup secara sukarela sesudah sebuah momen emosional saat pemakaman kakeknya.

"Saya melihat teman-teman kakek sangat sedih, dan membayangkan kakek pasti sangat senang bisa bertemu dan melihat mereka. Maka saya pikir, kenapa tak menyelenggarakan pemakaman ketika orangnya masih hidup?"

Dalam setahun, ia sudah menyelenggarakan enam pemakaman untuk orang yag masih hidup. Masing-masingnya berbeda, tapi menurut Georgia semua pemakaman yang ia selenggarakan ini bisa membantu si "mendiang" maupun keluarganya.

Penghormatan sebelum mati

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan