Minggu, 7 September 2025

Mengapa lebih banyak orang kini menghadiri upacara 'pemakamannya sendiri'?

Upacara pemakaman untuk orang yang masih hidup, yang sudah ada di Korea Selatan dan Jepang serta kini sedang populer di Inggris, diperkirakan

Si kakek berkeras ingin mengadakan perayaan bersama teman-temannya. Sekitar 80 orang muncul ke "pemakaman" tersebut di Plymouth. Mereka juga mengundang fotografer dan membuat sebuah panggung di mana orang mengangkat gelas sebagai penghormatan terakhir.

Menurut Tom, perlu seorang yang kuat untuk bisa menjalani upacara semacam ini: "Kakek saya tahu apa yang sedang dirayakan. Ia tahu ia sedang menuju kematian."

Upacara ini memang membantu si sakit bertemu teman-teman mereka terakhir kalinya. Namun alasan mereka untuk hadir - untuk melepas teman dekat mereka selagi ia hidup - juga bisa membawa kesan yang menyakitkan.

Kesempatan kedua

Terkadang alasan penyelenggaraan pemakaman semacam ini bisa juga aneh. Michael Hebb pendiri organisasi Death Over Dinner - yang mengundang orang makan malam sambil berbincang soal-soal berat seperti kematian - menyelenggarakan upacara "pemakaman" untuk memperingati ulang tahunnya ke-40. Michael baru saja putus dengan pacarnya.

Karena tak ingin bersedih sendirian, ia mengirim surel kepada 50 orang temannya dan meminta mereka datang dan merayakan ulang tahunnya. Empat puluh orang menyatakan akan datang dan awalnya bercanda mengatakan akan meyelenggarakan pemakaman untuk Michael.

Upacara itu akhirnya berubah lebih serius ketika Michael memakai baju serba putih, dan diletakkan di dalam peti mati tanpa tutup, di mana ia berbaring tiga jam selama upacara itu berlangsung. Peti mati itu kemudian diusung, dengan Michael di dalamnya, dan dibawa ke sebuah ruang gelap yang hanya diterangi sebatang lilin.

"Napas mereka bau whiskey," kata Michael tentang para pengusung peti. "Mereka harus minum dulu untuk mengusir rasa takut."

Salah seorang teman Michael tetap menangis meskipun tahu upacara kematian itu bohong-bohongan belaka. Beberapa hadirin mengucapkan kata-kata perpisahan. Salah seorang hadirin berkata, "Saya khawatir Anda tak pernah tahu saya sayang sekali pada Anda."

Anak Michael yang berumur 15 tahun mengakhiri upacara dengan memegang Michael sambil mengucapkan kata-kata perpisahan tentang betapa cintanya ia pada Michael dan apa arti Michael bagi hidupnya. "Semua orang menangis," kata Michael.

Michael mengatakan ia punya masalah berhubungan dengan orang dan ia punya periode dalam hidup di mana ia kesepian. Namun sesudah pengalaman berbaring di peti mati seperti itu, ia mendapat pandangan baru.

Ia merasa seperti mendapat "kesempatan kedua" untuk meningkatkan hubungannya dan memperbaiki kesalahan selama 40 tahun hidupnya.

Terhubung dengan kematian

Namun tak semua orang setuju bahwa penggunaan istilah "pemakaman" dalam upacara ini merupakan ide yang baik. David Williamson mengatakan ada yang mengatakan istilah itu bikin mereka enggan untuk ikut serta. Ia lebih suka istilah "perayaan akhir hidup".

Sementara pengajar Univesitas Manchester Laura Green memilih istilah "pesta perpisahan" jika ia menyelenggarakan upacara tersebut.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan