Rusia: Tiga anak perempuan membunuh ayah mereka karena KDRT
Tiga anak perempuan di Rusia membunuh ayah mereka lantaran kekerasan domestik yang mereka alami selama bertahun-tahun. Kini mereka menarik simpati
Menurut penilaian psikiatris, ketiga perempuan muda ini hidup dalam isolasi dan mengalami post-traumatic stress (PTSD).
Apa yang terjadi selama penyelidikan?
Kasus ketiga remaja ini berjalan lambat. Mereka tidak lagi dalam tahanan, tapi dikenai rangkaian batasan: mereka tak boleh bicara satu sama lain dan tak boleh bicara kepada wartawan.
Kejaksaan berkeras bahwa pembunuhan ini direncanakan. Ketika sang ayah tidur, ketiga remaja ini merancang aksi mereka, mengambil pisau sejak paginya. Menurut jaksa, motif mereka adalah balas dendam.

Jika terbukti bersalah, ketiganya bisa dihukum hingga 20 tahun penjara. Tuduhan kepada mereka: Angelina memegang martil, Maria membawa pisau, dan Krestina dengan semprotan merica.
Namun pihak pengacara mengatakan pembunuhan itu adalah tindakan bela diri.
Hukum kriminal Rusia membolehkan bela diri tidak hanya dalam kasus serangan langsung, tetapi juga dalam kasus "kejahatan berkepanjangan" seperti misalnya penyanderaan yang diiringi penyiksaan.
Pengacara berkeras bahwa ketiganya adalah korban dari "kejahatan berkepanjangan" dan harus segera dibebaskan.
- Kenapa perempuan bertahan dalam hubungan yang mengandung kekerasan?
- Kisah pedagang sayur dan remaja menjadi 'pelopor' pencegahan perkawinan anak
- Perempuan yang membunuh suami yang memperkosanya batal dihukum mati
Mereka berharap kasus ini dihentikan karena penyelidikan menemukan bukti kekerasan yang dilakukan Mikhail terhadap anak-anaknya sudah terjadi sejak tahun 2014.
Pegiat hak asasi manusia dan berbagai pihak di Rusia kini ingin ada perubahan hukum, termasuk mewajibkan pemerintah menyediakan penampungan, perintah penahanan dan kursus untuk menangani perilaku agresif.
Seberapa luas penyebaran kekerasan domestik?
Tak ada data berapa banyak perempuan yang mengalami kekerasan domestik di Rusia. Yang ada hanya perkiraan, dan pegiat hak asasi menyatakan itu bisa terjadi pada satu dari empat keluarga.
Beberapa kasus menjadi pemberitaan, termasuk kasus Margarita Gracheva, yang dipotong tangannya oleh suaminya lantaran cemburu.

Beberapa ahli menyatakan sekitar 80% perempuan di penjara Rusia karena kasus pembunuhan terkait kekerasan domestik atau pembelaan diri.
Namun ada tekanan balik terhadap tiga remaja ini yang berasal dari kalangan konservatif Rusia.
Sebuah kelompok yang menamakan diri Men's State mengutip "patriarki" dan "nasionalisme" sebagai nilai utama mereka, dan punya 150.000 anggota di media sosial.
Mereka berkampanye dengan tema "Pembunuh harus dipenjara" dan berkeras tiga remaja putri ini tidak boleh dibebaskan.