Jumat, 12 September 2025

Orang Juga Bisa Bersalah di Jepang, Maafkanlah Lansia Kalau ke Restoran Salah Order

Oguni, yang ingin menggeluti dunia pelayanan kepada lansia serta meningkatkan kesejahteraannya di Jepang.

Editor: Johnson Simanjuntak
Richard Susilo
Yukio Wada (64) Kepala Yayasan Chumon Machigaeru Ryoriten (Restoran Makanan Order Salah). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, kelemahan orang lanjut usia (lansia) yang suka lupa ternyata bisa dibalikkan menjadi citra yang positif dalam sebuah restoran yang mempekerjakan banyak lansia dan pesanan makanan bisa salah order.

“Sekitar tujuh tahun lalu saya makan dengan seorang Direktur NHK dan pesan hamburger bersama ternyata yang datang malahan Gyoza. Kita ya ketawa saja akhirnya,” ungkap Yukio Wada (64) Kepala Yayasan Chumon Machigaeru Ryoriten dan salah seorang pencipta ide Restoran Salah Order khusus kepada Tribunnews.com Rabu ini (4/9/2019).

Tiga tahun lalu yaitu 2016 Wada bertemu lagi dengan temannya dari NHK tersebut, Oguni, yang ingin menggeluti dunia pelayanan kepada lansia serta meningkatkan kesejahteraannya di Jepang.

“Kebetulan saya menggeluti bidang pelayanan bagi para lansia dan kita sepakat memfokuskan hal ini dalam bentuk restoran yang salah order melihat pengalaman kita dulu itu.”

Muncullah Restoran Salah Order dalam bentuk sementara dan sudah tiga kali disajikan. Pertama di Daerah Akasaka. Kedua kali di dalam kementerian tenaga kerja Jepang di Kasumigaseki dan ketiga kali di Roppongi itchome tempat restoran Randy.

Film pun dibuat dan kemarin menurut Wada iklan Restoran Salah Order (restoran Mistaken Orders) mendapat penghargaan tertinggi di Jepang.

“Kaget juga saya sekaligus bahagia karena orang menghargai upaya kita yang melihat positif terhadap kesejahteraan lansia di Jepang,” tambahnya.

Iklannya memperlihatkan pelayan restoran yang sudah usia lanjut membawa pesanan makanan tamu ternyata salah.

Dia minta maaf dan ternyata disambut tamu malah dengan senyuman tanda memaafkan kesalahannya itu.

“Manusia kalau sudah jadi pelupa ya kita sendiri lah yang harus menyesuaikan ke orang tersebut. Dia tidak akan mungkin menyesuaikan kepada kita bukan?”

Jadi sebenarnya hal wajar dan kita mesti maafkan dia yang punya penyakit pelupa tersebut agar tercipta kehidupan yang nyaman damai bagi kita semua, tambahnya.

Saat ini memang belum ada restoran Salah Order yang pasti (fix).

“Memang sih paling bagus kalau kita punya restoran tetap seperti itu tetapi kita belum punya kekuatan untuk hal tersebut,” lanjutnya.

Salah satu upaya menurutnya mendapatkan sponsor atau kerjasama dengan restoran yang ada di Jepang .

Meskipun demikian sudah ada sekitar 20 restoran yang minta ijin untuk meniru cara restoran Salah Order.

“Kita ijin kan tetapi jangan pakai logo kita saja,” ungkap Satoru Sakai wakil Wada kepada Tribunnews.com.

Yang minta ijin menggunakan ide restoran tersebut tersebar luas di Jepang bukan hanya di Tokyo tetapi juga di Tohoku, Kansai, Shikoku dan sebagainya .

Dengan ide menghargai para orangtua yang suka lupa dan salah membawa pesanan makanan kepada tamu, bahkan video iklannya mendapat jadi terbaik saat ini, semakin memberikan sosialisasi dan pendidikan sangat positif bagi masyarakat Jepang bahwa kalangan lansia pun sebenarnya bisa dikelola dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang positif bagi kita bersama termasuk positif pula bagi kalangan lansia itu sendiri karena bisa tetap aktif di kegiatan sehari-hari melayani semua orang bersama-sama.

Saat seleksi lansia dimulai dari kalangan terdekat dan juga mencari secara umum.

Ditemukan dan diputuskan 20 lansia yang akhirnya mau ikut serta kampanye hal ini dengan syarat mereka bersedia penuh dipublikasikan secara umum wajah dan suaranya , ungkapnya lagi.

Meskipun demikian tidak semua orang puas dan setuju dengan ide Wada tersebut.

“Ada yang mengatakan kita memanfaatkan saja para lansia dan dengan pakaian restoran tersebut memberitahu jelas kalau mereka punya penyakit pelupa dan sebagainya .”

Wada bingung tanggapan tersebut karena yang menggunakan baju restoran itu (Epron) adalah semua staf restoran sama.

“Tidak ada beda antara epron yang satu dan yang lain. Semua yang bekerja di restoran sama epronnya. Jadi tak ada perbedaan dan tak akan ada orang yang tahu mana ya pelupa atau yang tidak pelupa,” tekan Wada lagi.

Memang tidak mudah memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas. Niat baik kita kadang bisa dicurigai yang negatif. Itulah perjuangan yang harus dihadapi Wada saat ini tampaknya dari orang yang menentang upaya Wada untuk memposisikan citra para Lansia agar jauh lebih baik lagi dan tetap bisa diterima di tengah masyarakat luas di tengah jumlah populasi Jepang yang terus saja menurun drastis hingga kini.

Terhadap Indonesia, Wada mengakui belum pernah ke Indonesia, tetapi ingin sekali ke Indonesia terutama Bali yang dianggapnya sangat cantik.

Dengan tanah yang cukup luas Indonesia Wada juga memikirkan bukan tidak mungkin membuat Restoran Salah Order idenya tersebut, misalnya buka di Bali.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan