Kamis, 4 September 2025

Guru di Jepang Didenda 310.000 Yen Gara-gara Bawa Pulang Roti dan Susu dari Sekolah

Seorang guru laki-laki berusia 60 tahun didenda 310.000 yen dari sekolahnya karena membawa pulang roti dan susu yang tidak dimakan para pelajarnya.

Editor: Dewi Agustina
Foto Sankei
Roti dan susu makanan para siswa Kota Sakai Osaka. 

Program ini mencakup 150 siswa, dan biaya makan siang tahunan 2,16 juta yen dibayarkan oleh publik, memakai uang pajak masyarakat.

Baca: Bosozoku, Geng Motor Liar di Jepang Ramaikan Jalanan Menjelang Pergantian Tahun

Baca: Pohon Ichou Paling Cocok untuk Antisipasi Kebakaran di Jepang

Baca: Kagami Mochi, Terbesar di Dunia Seberat 700 Kg untuk Tahun Baru yang Lebih Baik Lagi di Jepang

Satu roti manis dan satu pak susu dalam bungkus kertas disediakan gratis.

Namun, banyak siswa bekerja di siang hari dan banyak siswa tiba-tiba absen karena alasan pekerjaan, sehingga tidak semua siswa siap datang dan belajar serta makan setiap waktu.

Akibatnya sekitar 10 hingga 30 orang meninggalkan makanan tersebut setiap hari dan makanan menjadi mubazir.

Dewan sekolah menganggap bahwa makan siang di sekolah dibeli dengan uang publik.

"Kami juga berkonsultasi dengan seorang pengacara. Dikatakan bahwa itu adalah pencurian, membawa pulang tanpa izin, meskipun itu dijadwalkan untuk dibuang," kata Sekretariat Pendidikan Dewan Kota Sakai.

Dianggapnya guru menghabiskan makanannya sendiri. Ini sama dengan mengambil peralatan rumah dari perusahaan. Pencurian dan penggelapan adalah satu masalah pelanggaran hukum.

Fun Mizuki, presiden Beautiful Smile (Kota Osaka), yang mengoperasikan situs mail order pengurangan kehilangan makanan, Los Zero, juga mengatakan, "Membuang-buang barang yang tersisa sia-sia."

Dia menunjukkan bahwa sisa makanan (zanza) dari seluruh makan siang sekolah di Jepang berjumlah sekitar 50.000 ton per hari.

Baca: Shani JKT48 Tampil di Teater AKB48 di Akihabara Jepang

Baca: Selama 9 Bulan, Penjualan di Pasar Ikan Iwate Jepang Mencapai 4,85 Miliar Yen

"Awalnya, sekolah adalah tempat bagi anak-anak untuk belajar tentang makanan dan lingkungan. Perlu untuk mengubah mekanisme yang tidak menghasilkan makanan berbahaya. Dengan kesempatan ini, masyarakat secara keseluruhan harus memikirkan sisa makanan dimakan siang hari di sekolah."

Menanggapi hal ini, kota mulai mempertimbangkan untuk menyumbangkan sisa makanan sebagai pakan atau pupuk.

"Kami sedang mempertimbangkan cara untuk menghindari sisa makanan di tempat pertama, tetapi jika meminta siswa sebelumnya untuk makan siang, jumlah orang yang memesan secara gratis akan meningkat untuk saat ini. Ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan mekanisme untuk mengurangi sisa makanan."

Makanan bagi pelajar sekolah tersebut disediakan gratis dengan menggunakan uang pajak masyarakat.

Murid boleh memakannya dan meminumnya, tetapi harus di sekolah saja.

Itulah sebabnya bagi pelajar yang sudah bosan atau enggan makan, maka ditinggal di sekolah dan harus dibuang ke sampah, menjadikan masalah saat ini, karena dianggap mottainai (mubazir).

Situs Mottainai diciptakan oleh warga Indonesia di Jepang agar semua barang dapat digunakan sesama WNI yang membutuhkan, daripada dibuang percuma.

Semua dapat menjadi member gratis di facebook ini: https://www.facebook.com/groups/BagibagiTokyoJepang/

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan