Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Vaksin Virus Corona, China Klaim Bisa Buat dalam Waktu 1 Bulan, Ahli di Hong Kong Membantah

China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah.

Editor: Miftah
Fresh Daily
ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah. 

TRIBUNNEWS.COM - Jumlah kasus virus corona novel jenis baru atau 2019-nCoV terus meningkat.

Hingga Kamis (30/1/2020) pukul 08.04 WIB, kasus virus corona telah mencapai angka 7.864 dan menyebabkan 170 orang meninggal.

Mengutip data real time SCMP, kasus virus corona paling meningkat drastis terjadi di China.

Data real time kasus virus corona oleh SCMP.
Data real time kasus virus corona oleh SCMP. (SCMP)

Sebelumnya kasus 2019-nCoV di China pada Rabu (29/1/2020) malam tercatat sebanyak 6.055 kasus.

Jumlah ini bertambah sebanyak 1.809 kasus.

Baca: Penampakan Kota 'Hantu' Wuhan dari Udara, Seorang Warga Ungkap Sulit untuk Keluar

Baca: Pasar Seafood Huanan Diduga Bukan Satu-satunya Penyebab Virus Corona Mewabah, Ahli Beri Penjelasan

Terkait mewabahnya virus corona di China dan sejumlah negara, ahli penyakit menular China, Li Lanjuan, mengatakan vaksin 2019-nCoV bisa diproduksi dalam kurun waktu sebulan.

Hal ini ia sampaikan pada Senin (27/1/2020) kemarin.

Sementara itu, Rumah Sakit Shanghai Timur Universitas Tongji sebelumnya telah mendesak untuk menyetujui proyek pengembangna vaksin virus corona.

Dikutip Tribunnews dari SCMP, vaksin tersebut akan dikembangkan bersama Stemirna Theurapeutics, sebuah perusahaan bioteknologi di Shanghai.

CEO perusahaan itu, Li Hangwen, mengklaim vaksin bisa dibuat tak lebih dari 40 hari.

Namun, pernyataan Li Lanjuan dan Li Hangwen, dibantah ahli penyakit menular Hong Kong, Profesor Yuen Kwok-yung.

Yuen mengungkapkan keraguannya mengenai pembuatan vaksin virus corona yang disebut-sebut bisa diselesaikan dalam waktu tak lebih dari 40 hari atau bahkan sebulan.

Pekerja medis di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan.
Pekerja medis di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan. (Xinhua/Barcroft Media)

Ia mengatakan, virus yang dikembangkan di China kemungkinan adalah vaksin virus tak aktif.

Vaksin itu terdiri dari virus yang tumbuh dalam budaya, yang infektivitasnya dihancurkan bahan kimia.

Padahal, menurut Yuen, untuk menguji vaksin harus disuntikkan ke hewan.

Baca: Beredar Foto Hoaks Mayat Korban Virus Corona di WhatsApp, Sejumlah Orang Bergelimpangan di Jalan

Baca: Pasien Virus Corona Pertama yang Sembuh di Jiangxi, Kondisi Sempat Kritis saat Dibawa ke RS

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin yang dikembangkan menghasilkan respons kekebalan yang baik atau tidak.

"Jika vaksin terlihat efektif dan aman pada sejumlah spesies hewan, akan dilanjutkan uji klinis pada manusia."

"Proses ini setidaknya membutuhkan waktu satu tahun, bahkan jika dipercepat," tutur Yuen.

Lebih lanjut, ia mengaku khawatir pendekatan pengembangan virus yang dilakukan China justru bisa menyebabkan komplikasi besar.

Dimana orang-orang yang divaksinasi dapat terkena penyakit lebih parah jika terdampak virus.

Menurut Yuen, dibutuhkan waktu berbulan-bulan, minumal satu tahun lagi untuk mengembangkan dan menguji coba vaksin tersebut.

Dilansir SCMP, Yuen mengatakn pihaknya saat ini tengah mengerjakan vaksin virus corona dan mengisolasi 2019-nCoV.

Profesor Yuen Kwok-yung
Profesor Yuen Kwok-yung (SCMP / Nora Tam)

"Kami sudah memproduksi vaksin, tapi akan butuh waktu lama untuk mengujinya pada hewan," terang Yuen, Selasa (28/1/2020).

Pengembangan vaksin virus corona yang dilakukan Yuen dan timnya, para peneliti Universitas Hong Kong, berdasarkan vaksin influenza yang sebelumnya juga ditemukan oleh mereka.

Para peneliti memodifikasi vaksin flu menggunakan bagian antigen permukaan virus corona.

Baca: Ini Kesulitan Pemerintah Evakuasi WNI di China

Baca: Kisah Perawat di Wuhan yang Sembuh Setelah Terinfeksi Virus Corona: Penyakit Ini Tidak Menakutkan

Yang berarti bisa mencegah virus influenza dan juga virus corona jenis baru, yang menyebabkan pneumonia.

Jika vaksin berhasil diuji, maka bisa menjadi jawaban atas penyakit yang telah menginfeksi ribuan orang tersebut.

Tak hanya Yuen, kepala eksekutif Novartis (perusahaan farmasi di Swiss), Vas Narasimhan, meyakini setidaknya pembuatan vaksin 2019-nCoV membutuhkan waktu 12 bulan.

"Kenyataannya adalah, itu akan memakan waktu lebih dari satu tahun untuk benar-benar menemukan vaksin baru untuk ini (virus corona)."

"Kita benar-benar perlu mengontrol epidemiologis agar situasi menjadi lebih baik," terang Narasimhan di Basel, Swiss, Rabu, dilansir CNBC.

Mengutip CNN, sejauh ini 20 negara telah mengonfirmasi adanya kasus virus corona.

Petugas kesehatan mengenakan pakaian pelindung diri untuk mencegah penyebaran virus corona.
Petugas kesehatan mengenakan pakaian pelindung diri untuk mencegah penyebaran virus corona. (AFP / Hector Retamal)

Terbaru, Finlandia mengonfirmasi kasus pertamanya pada Kamis (30/1/2020).

Berikut ini 20 negara yang terpapar virus corona:

- China

- Hong Kong

Baca: Pasien Meninggal Akibat Virus Corona Bertambah Menjadi 170 Orang, Lebih dari 7.000 Orang Terinfeksi

Baca: FOTO-FOTO Pasar 'Sadis' di Indonesia yang Jual Daging Ekstrem, dari Kelelawar hingga Anjing

- Makau

- Australia

- Kamboja

- Kanada

- Prancis

- Jerman

- Jepang

- Malaysia

- Nepal

- Singapura

- Korea Selatan

- Sri Lanka

- Thailand

- Taiwan

- Uni Emirat Arab

- Amerika Serikat

- Vietnam

- Finlandia

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved