Minggu, 7 September 2025

Virus Corona

Update Virus Corona Timur Tengah: Khawatir Terjangkit, Qatar Larang Turis Mesir Masuk

"Sebagai tindakan kesehatan masyarakat, Qatar telah memberlakukan pembatasan masuk sementara dari Mesir," bunyi pernyataan pemerintah Qatar

Penulis: Ika Nur Cahyani
SCMP
Warga Hong Kong mengenakan masker di luar rumah karena kekhawatiran penyebaran virus corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Otoritas Qatar untuk sementara ini, melarang semua kedatangan turis dari Mesir.

Ini berlaku untuk semua warga negara di sana, kecuali warga Qatar sendiri.

Wabah Covid-19 yang mulai meningkat di Mesir, menjadi alasan Qatar memberlakukan larangan ini.

"Sebagai tindakan kesehatan masyarakat, Qatar telah memberlakukan pembatasan masuk sementara dari Mesir," bunyi pernyataan Kantor Komunikasi Pemerintah Qatar, Minggu(1/3/2020).

"Hal ini bersifat sementara, karena penyebaran Covid-19."

Update Virus Corona Senin 2 Maret 2020
Update Virus Corona Senin 2 Maret 2020 (https://thewuhanvirus.com)

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Mesir melaporkan kasus virus corona pertama di sana pada 14 Februari lalu.

Pasiennya merupakan turis yang tengah berlibur di Mesir.

Lima hari setelahnya, Organisasi Kesehatan Internasional (WHO), menyatakan bahwa suspect ini sudah dinyatakan sembuh.

Tidak ada laporan lebih lanjut terkait hal ini.

Lalu beredar isu bahwa hampir semua wilayah Mesir, terpapar corona.

Namun, pada Minggu (1/3/2020) Juru Bicara Menteri Kesehatan Mesir Khaled Megahed menyangkal kabar tersebut.

"Sekali lagi membantah ada deteksi kasus Covid-19 yang didiagnosa atau diduga terjangkit di semua wilayah pemerintahan."

Baca: Kelas MotoGP di GP Qatar 2020 Dibatalkan, Moto2 dan Moto3 Tetap Berjalan Sesuai Jadwal

Baca: Ahli Golongkan Usia Tua Rentan Meninggal Karena Virus Corona, Indonesia Tak Miliki Kebijakan Jelas

Sangkalan ini, muncul setelah ada dua koban virus corona yang baru dipindahkan ke rumah sakit untuk karantina.

Menteri Kesehatan Mesir, Hala Zayed menyebut penyebaran wabah ini tidak bisa dicegah.

"Tidak dapat sepenuhnya dicega, tapi penyebaran bisa dibatasi," ujarnya dilansir Al Jazeera dari TV MBC Masr Sabtu (29/2/2020).

"Kemungkinan besar, kita akan terjangkit virus corona," tambahnya.

Pada Jumat lalu, Kabinet Mesir menyangkal rumor bahwa pemerintah menemukan lebih banyak kasus Covid-19.

Mereka menyatakan bahwa pemerintah sudah sangat transparan, terkait jumlah kasus wabah mematikan ini.

Sedangkan kasus-kasus baru lainnya, akan diinformasikan segera mungkin.

Dua Kasus Baru Qatar Berasal dari Iran

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Qatar baru saja mengofirmasi dua kasus baru Covid-19, pada Minggu (1/3/2020).

Sehingga kini total jumlah kasus di negara ini adalah tiga suspect.

Dua pasien baru ini, dievakuasi dari Iran pada Kamis (27/2/2020), dan sudah dikarantina.

Pada Sabtu (29/2/2020), seorang pasien 36 tahun yang baru kembali dari Iran positif virus corona.

Kini dia sudah dalam kondisi yang stabil.

Iran, merupakan sumber wabah mematikan dari Wuhan di Timur Tengah.

Lebih dari 600 orang terinfeksi, dan kematiannya mencapai 54 jiwa.

Kabar terakhir, ibukota Iran Teheran melaporkan lonjakan sebesar 65 persen terhadap kasus Covid-19 baru.

Jadi yang sebelumnya ada 593 langsung loncat ke angka 978 suspect.

Baca: Pemerintah Indonesia Dinilai Tak Punya Kebijakan yang Jelas Soal Penanganan Virus Corona

Baca: Kepiluan Warga Wuhan Bertahan di Tengah Semakin Parahnya Virus Corona, Terpaksa Makan Makanan Busuk

Kendati laporan menunjukkan 54 kasus kematian, namun beredar kabar bahwa sebenarnya angka mortalitasnya diatas 200 orang.

Tujuh pejabat tinggi di Iran, termasuk Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi, Wakil Presiden Masoumeh Ebtekar dan lima anggota parlemen dinyatakan positif terkena virus itu.

Bahkan, salah satu anggota parlemen yang terpilih pada 21 Februari silam dikabarkan meninggal akibat wabah asal China ini.

Kondisi ini cukup memprihatinkan, berdasarkan laporan ABC, tingkat kematian di Iran mencapai 7 persen.

Angka ini adalah dua kali lipat tingkat kematian wabah di negara asalnya sendiri, yakni China sebesar 3,4 persen.

Sementara itu, di luar China selain Iran hanya 1,6 persen.

"Penyakit ini datangnya tidak terlihat dan tidak terdeteksi di Iran," ujar Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Mike Ryan di depan awak pers pekan lalu.

Tingkat kematian yang tinggi, membuat publik bertanya-tanya terkait upaya pemerintah Iran menahan wabah mematikan ini.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan