Virus Corona
Hasil Penelitian: Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi, tapi Jangan Andalkan Musim Panas
Hasil Penelitian Mengungkapkan Bahwa Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi, Tapi Diimbau untuk Tidak Mengandalkan Musim Panas untuk Mematikannya.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
Berdasar data itu, analisis menunjukkan, jumlah kasus naik sejalan dengan suhu rata-rata.
"Suhu... memiliki dampak pada lingkungan hidup manusia," terang studi itu.
"(Dan) dapat memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat dalam hal ini pengembangan dan pengendalian epidemi," jelas studi tersebut.
Lebih lanjut dikatakan, iklim mungkin berperan dalam penyebaran virus di Wuhan.

Studi Harvard School
Lebih jauh, sebuah studi secara terpisah yang dikerjakan kelompok peneliti dan ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard School of Public Health TH Chan, buka suara.
Menurut hasil penelitian mereka, ditemukan, penularan virus corona secara berkelanjutan dan pertumbuhan infeksi yang cepat dimungkinkan dalam berbagai kondisi lembab.
"Cuaca saja, (seperti) peningkatan suhu dan kelembaban saat bulan-bulan musim semi dan musim panas tiba di belahan bumi utara, tidak akan serta-merta menyebabkan penurunan jumlah kasus tanpa penerapan intervensi kesehatan masyarakat yang luas," terang studi tersebut.
Untuk diketahui, studi dari Harvard ini diterbitkan pada Februari 2020 dan masih menunggu tinjauan ilmiah.

Hassan Zaraket: Cuaca Hangat dan Lembab, Virus Lebih Stabil
Sementara itu, pakar lain, Hassan Zaraket angkat bicara soal penyebaran virus corona.
Asisten Direktur di Center for Infectious Diseases Research, America University di Beirut itu mengatakan, ada kemungkinan cuaca lebih hangat dan lembab membuat virus corona lebih stabil.
Dengan demikian, virus menjadi kurang menular.
"Kami masih mempelajari virus ini," katanya.
"Ketika suhu memanas, stabilitas virus menurun, bila cuaca membantu kita mengurangi transmisibilitas dan stabilitas lingkungan, makan mungkin kita dapat memutus rantai penyebaran," tambahnya.