Sabtu, 16 Agustus 2025

Virus Corona

Cerita Dokter di Wuhan Saat Melawan Pandemi Global Covid-19, Kerap Menangis karena Menolak Pasien

Peng Zhiyong, Seorang dokter senior di China yang telah menangani wabah Sars dan flu burung, kini menceritakan pengalamannya merawat pasien Covid-19.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
China Media Group
Foto seorang dokter di Wuchang yang berbaring dengan pakaian pelindung yang lengkap di kamar penuh dengan kasur kosong beredar di media sosial. 

Selain merusak paru-paru, Covid-19 juga dapat menargetkan organ vital lainnya seperti jantung dan hati.

Penyakit itu pertama kali diidentifikasi di Wuhan akhir tahun lalu.

Di Wuhan sendiri telah mencatat lebih dari 60.000 kasus dan sekitar 20 persen di antaranya digolongkan parah atau kritis.

Unit perawatan intensif Peng, masih merawat 20 pasien.

Peng mengatakan tingkat kematian untuk kasus kritis telah merambat naik selama tiga bulan terakhir.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.
Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru. (AFP/STR/CHINA OUT)

Baca: Ciri-ciri Corona Tanpa Gejala Umum: Kehilangan Indra Perasa dan Alami Masalah Pencernaan

Yakni dari kurang dari 20 persen pada Januari menjadi sekitar 30 persen pada Maret.

Sebab, pasien yang kritis, sebelumnya memiliki beberapa komplikasi.

Tim Peng yang terdiri dari sekitar 200 dokter dan perawat harus belajar di tempat kerja karena pengalaman mereka sebelumnya sebagai spesialis perawatan kritis terbatas digunakan dalam mengobati penyakit yang sebelumnya tidak diketahui ini.

Sembari mereka belajar untuk memperbaiki perawatan dan teknik merawat para pasien Covid-19, disaat itu pula mereka telah "kehilangan" beberapa nyawa.

Peng menggambarkan bagaimana pasien pertama di rumah sakit tempatnya bekerja.

Saat itu seorang penjual makanan berusia 53 tahun dari pasar Huanggang, tiba pada 6 Januari dengan penyakit pneumonia misterius.

ILUSTRASI - Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan.
ILUSTRASI - Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. (AFP/HECTOR RETAMAL)

"Saya harus mengakui pasien ini. Dia sangat sakit dan ditolak oleh beberapa rumah sakit."

"Dia akan mati jika kita tidak menolongnya," kenang Peng.

Pasien memburuk pada hari berikutnya dan dokter memberinya pengobatan yang dikenal sebagai oksigenasi membran ekstrakorporeal atau paru-paru buatan.

Hal itu merupakan perangkat medis yang digunakan untuk menggantikan fungsi paru-paru manusia yang telah kehilangan fungsi aslinya.

Pasien tersebut akhirnya berhasil sembuh setelah dua minggu perawatan.

Pria itu pun akhirnya dipulangkan pada 27 Januari, tanpa mengharuskan membayar biaya perawatannya yang mahal.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan