Sabtu, 23 Agustus 2025

Virus Corona

Potret Beruang Dikurung sampai Luka, Diambil Empedunya untuk Obat Corona

Menurut sejumlah laporan, pemerintah China merekomendasikan obat tradisional dari empedu beruang sebagai terobosan penyembuhan Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Sripoku.com/Haris Widodo
Beruang kecil yang diselamatkan warga dari kawasan hutan. Sripoku.com/Haris Widodo 

TRIBUNNEWS.COM - Menurut sejumlah laporan, pemerintah China merekomendasikan obat tradisional dari empedu beruang sebagai terobosan penyembuhan Covid-19.

Diyakini virus ini berasal dari pasar yang menjual ikan dan hewan liar lainnya.

Di sini hewan hidup dijual dan disembelih bersamaan dengan yang telah mati.

Sejak saat itu, virus meneybar secara global dan membunuh 53.190 orang pada catatan Jumat (3/4/2020).

Melansir Plant Based News, awal bulan ini Komisi Kesehatan Nasional China menerbitkan daftar pengobatan yang direkomendasikan untuk corona.

 

Baca: Ciri dan Gejala Virus Corona (Covid-19), Hari Pertama hingga Kelima Demam & Sesak Napas

Baca: Cara Penyembuhan dan Gejala Virus Corona, Batuk hingga Kehilangan Indera Perasa

Baca: Langkah-langkah PHBS, Simak Juga Gambar Poster Penanganan Virus Corona

Daftar itu mencakup perawatan tradisional dan Barat untuk Covid-19.

Satu di antaranya adalah Tan Re Qing, pengobatan berasal dari bubuk tanduk kambing dan berbagai tanaman termasuk empedu beruang.

Sementara itu, World Animal Protection menilai aksi tidak manusiawi pada beruang ini sangat kejam.

"Hewan liar yang digunakan sebagai sumber pengobatan tradisonal adalah salah satu pelanggaran paling kejam di dunia, memiliki potensi konsekuensi kesehatan masyarakat yang parah," kata pihak World Animal Protection, Jan Schmidt-Burbach melansir The Whig.

"Sungguh tragis dan ironis bahwa pengobatan yang direkomendasikan untuk kasus Covid-19 menyarankan konsumsi produk hewan liar sebagai respons pada pandemi yang timbul dari hewan liar."

Potret Kejamnya Kandang Beruang

Laporan Animals Asia mengungkap tempat untuk mengambil empedu beruang.

"Sebagian besar beruang yang dikurung disimpan dalam sangkar kecil, kadang-kadang sangat kecil sehingga beruang tidak dapat membalikkan badan atau berdiri dengan posisi merangkak."

"Beberapa beruang dimasukkan ke dalam sangkar sebagai anak dan tidak pernah keluar, hidup selama 30 tahun dalam kondisi seperti ini," jelas laporan itu.

"Seringkali mereka tumbuh terlalu besar untuk dikeluarkan melalui pintu kandang saat penyelamatan."

Tidak jarang para beruang itu menderita lika-luka saat tumbuh besar di dalam kurungan.

Tapi lebih dari itu, psikis mereka terganggu sama parahnya dengan kondisi tubuhnya.

Alhasil organisasi aktivis hewan liar ini mengutuk peromosi empedu beruang sebagai pengobatan.

"Animals Asia percaya kita tidak seharusnya bergantung pada produk satwa liar seperti empedu beruang sebagai solusi untuk memerangi virus mematikan yang tampaknya berasal dari satwa liar."

"Adalah akurat untuk menegaskan bahan aktif dalam empedu beruang, UDCA, efektif dalam mengobati beberapa kondisi."

Oleh karena itu, obat-obatan diproduksi sintetis dan tidak menggunakan empedu beruang secara langsung.

Produksi seperti ini sudah dilakukan selama beberapa tahun dan digunakan di seluruh dunia.

Kendati demikian, Animals Asia mengerti bahwa pengobatan Tan Re Qing sukses mengobati pneumonia.

Dimana penyakit ini adalah salah satu gejala dan puncak sakit Covid-19.

"Namun pengobatan tradisional Tiongkok sudah ribuan tahun diterapkan dengan praktis dan menggunakan pengetahuan."

"Bersama dengan filosofi menyeimbangkan harmoni dan kedamaian dengan lingkungan."

"Obat-obatan seperti itu harus sembuh tanpa membahayakan," jelas pernyataan Animals Asia.

Kutuk Keras Tindakan China

Sementara itu pihak Environmental Investigation Agency (EIA) yang bermarkas di London, Aron White, mengutuk keras tindakan pemerintah China ini.

Menurutnya, tindakan Tiongkok ini terkesan ironis..

"Membatasi memakan satwa liar sambil mempromosikan obat-obatan yang mengandung bagian satwa liar mencontohkan pesan campuran yang dikirim oleh otoritas China tentang perdagangan satwa liar," kata White, dilansir laman EIA yang dikutip Fox News.

"Sejumlah besar orang di China menyerukan pembatasan yang lebih besar pada perdagangan satwa liar."

"EIA sangat mendukung seruan ini dan ingin larangan China diperluas untuk mencakup penggunaan satwa liar yang terancam punah untuk tujuan apa pun, termasuk dalam pengobatan tradisional," tutur dia.

White menegaskan harusnya momen pandemi corona ini menjadi awal berakhirnya konsumsi dan perdagangan hewan liar.

Ini juga sesuai dengan anggapan mayoritas responden Tiongkok terkait pertanian empedu beruang ini.

Menurut jajal pendapat yang dilakukan Animals Asia pada 2011 lalu, 87 pesen orang Tiongkok tidak setuju dengan praktik pertanian empedu beruang.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan