Senin, 8 September 2025

Virus Corona

Italia Mulai Menguji Tes Kekebalan Virus Corona bagi Petugas Kesehatan

Italia utara tengah menguji petugas kesehatan untuk mengetahui individu mana yang antibodinya kebal terhadap virus corona.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Fresh Daily
ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah. 

TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang di Italia utara tengah menguji petugas kesehatan untuk mengetahui individu mana yang antibodinya kebal terhadap virus corona.

Hal itu dilakukan guna membantu menyeleksi individu yang kuat untuk mengatasi pandemi global Covid-19.

Pada Senin (6/4/2020), wilayah timur laut Veneto, salah satu lokasi awal ditemukannya wabah corona di Italia, memulai tes darah pada petugas kesehatan.

Mengikuti wilayah tetangga, Emilia Romagna, yang mulai menguji pada minggu lalu.

"Saya dapat mengumumkan bahwa tes darah pada petugas kesehatan telah dimulai," kata Gubernur Veneto Italia, Luca Zaia, dilansir oleh South China Morning Post.

ILUSTRASI - Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19.
ILUSTRASI - Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19. (ERIN BOLLING / US ARMY / AFP)

Baca: Menristek: Pengembangan Vaksin Corona Butuh Waktu 1 Tahun

Setelah fase awal pengujian pada 2.000-3.000 pekerja kesehatan, tes akan diperluas untuk staf dan penduduk di panti jompo.

Tes juga akan dilakukan kepada para pekerja yang berhubungan dengan masyarakat.

Zaia mengatakan tujuan adalah untuk memungkinkan pihak berwenang mengeluarkan "kebijakan" agar individu yang terbukti kebal terhadap virus bisa kembali bekerja.

Tes dilakukan ketika jumlah kematian dan infeksi telah rata di Italia.

Untuk itu pemerintah setempat telah mulai mempertimbangkan jika adanya tahap kedua pandemi atau tahap krisis ketika 'lockdown' mulai dibuka kembali.

Diketahui, jumlah total kasus yang dikonfirmasi meningkat hanya 3.599 pada Senin (6/4/2020).

Ilustrasi dokter mencari vaksin virus corona.
Ilustrasi dokter mencari vaksin virus corona. (World of Buzz)

Baca: Doni Monardo: Kita Tidak Ingin Ada Pejabat Daerah yang Menutup Jalan Saat Pemberlakuan PSBB

Total kasus pun menjadi 132.547, meski begitu angka tersebut adalah angka kenaikan harian terendah sejak 17 Maret 2020.

Sementara jumlah kematian meningkat 636 dengan total 16.523, atau hanya di bawah seperempat dari semua kematian yang tercatat di dunia.

Akibat wabah corona, ekonomi Italia menjadi terpuruk sejak sejak Perang Dunia II sebelumnya.

Pihak berwenang pun putus asa untuk memulai kembali produksi ekonomi.

Sebab, yang ditakutkan adanya gelombang kedua infeksi, bisa 'menyalakan' kembali pandemi.

Tetapi dengan tidak adanya obat atau vaksin, akan menjadi tidak pasti apakah seseorang individu bisa kebal  untuk melawan virus.

Tes mencari antibodi yang memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi penyakit, lebih sederhana daripada tes swab atau PCR.

Tetapi ada beberapa keraguan apakah mereka dapat hasil yang bisa diandalkan.

4 Relawan Jadi yang Pertama Disuntik Vaksin Covid-19, Akhirnya Diujikan ke Manusia
4 Relawan Jadi yang Pertama Disuntik Vaksin Covid-19, Akhirnya Diujikan ke Manusia (Youtube Kompas TV)

Baca: Fakta Tak Terduga Saat Vaksin Corona Disuntikkan ke Tubuh Relawan : Langsung Demam, Ada yang Diare

"Beberapa mengatakan mereka akan bekerja, yang lain mengatakan mereka tidak akan," kata Zaia.

"Itu semua harus dibuktikan tetapi begitulah cara pembuatan vaksin juga," tambahnya.

Tes darah, yang menghasilkan hasil jauh lebih cepat daripada tes swab, bertujuan untuk mengidentifikasi dua jenis antibodi.

Jenis pertama yang sudah terjangkit dengan virus.

Sedangkan jenis kedua yang akan menunjukkan apakah tubuh kuat atau kebal untuk menahan virus.

"Kami mulai memverifikasi apakah tes ini efektif dan apakah mereka sesuai dengan analisis molekuler," kata Andrea Crisanti, seorang profesor virologi di Universitas Padua, yang sedang melakukan pengujian dengan University of Verona.

"Saya pikir dalam dua minggu atau sebulan kita akan memiliki data yang cukup untuk mempercayainya," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan