Virus Corona
FAKTA Status Lockdown Wuhan Berakhir, Profesor Harvard Ingatkan Gelombang Ke-2 Infeksi Virus Corona
Wuhan, episentrum wabah virus corona muncul pertama kali telah melonggarkan lockdown pada 8 April 2020.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Status lockdown di Wuhan yang merupakan epicenter wabah virus corona, hari ini telah dicabut, Rabu (8/4/2020).
Kurang lebih 11 juta penduduk dikarantina selama 76 hari demi menekan penyebaran virus corona.
Terkait hal ini, para ahli berhati-hati dan memeringatkan kemungkinan gelombang wabah virus corona kedua.
Baca: Jenazah Korban Covid-19 Menumpuk di Jalan, Penduduk Ekuador Minta Bantuan ke Pihak Berwenang

Baca: Setelah Harvard-WHO, Giliran Ahli Kesehatan Australia Curiga Indonesia Tak Bisa Deteksi Virus Corona
Berikut ini Tribunnews rangkum beberapa fakta terkait wabah Covid-19 yang pertama kali muncul di China:
- Lockdown Sejak 23 Januari 2020
Mengutip Forbes, karantina di Wuhan dimulai dimulai pada 23 Januari 2020.
Menurut South China Morning Post, sudah lebih dari dua bulan pascakasus pertama virus corona terdeteksi sejak 17 November 2019.
- 11 Juta Penduduk Dipaksa Tinggal di Rumah
Mengenai lockdown di Tiongkok, seperti disebut sebelumnya, 11 juta penduduk Wuhan serta jutaan orang di kota-kota terdekat berada dalam karantina.
Pada satu titik, kata Forbes, 56 juta penduduk di Tiongkok dikarantina dan dipaksa tinggal di rumah.
- Kasus Virus Corona Dilaporkan Mengalami Penurunan
Sementara ini, kasus virus corona di China dilaporkan telah menurun dalam beberapa pekan terakhir.
Berdasar laporan hari Selasa, tidak ada laporan kematian terkait virus corona.
Hal ini tercatat sebagai yang pertama kalinya sejak wabah mulai menyebar.
Baca: Ekuador Berjuang Mengubur Korban Corona, Jenazah Disimpan di Kontainer Pendingin
Baca: Sempat Dianggap Menghina oleh Terawan, Ini Penjelasan Professor Harvard soal Riset Virus Corona
- Warga Wuhan Diizinkan Meninggalkan Daerah
Lebih lanjut, warga Wuhan sekarang memperoleh izin untuk meninggalkan daerah tersebut.
Tetapi, para warga harus menunjukkan catatan kesehatan mereka kepada pihak berwenang.
Untuk itu, pemerintah terkait meluncurkan aplikasi telepon agar dapat membuktikan bahwa warga yang berpergian tidak menyebarkan infeksi, sakit, atau melakukan kontak dengan orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Bila mereka menunjukkan gejala, maka harus tetap berada dalam karantina.
- Sekolah Ditutup
Menurut pemerintah Hubei, sekolah, termasuk sekolah dasar hingga perguruan tinggi belum akan dibuka kembali.
- Pakar Kesehatan Memantau Kota
Secara terpisah, para pakar kesehatan akan memantau dengan cermat untuk melihat apakah ada kasus baru yang muncul setelah tindaka lockdown tersebut dicabut.

Profersor Epidemiologi Harvard Angkat Bicara
Lebih jauh, Profesor epidemiologi dari Harvard TH Chan School og Public Health, Megan Murray angkat bicara mengenai kasus infeksi virus corona.
Menurutnya, kasus infeksi virus corona dapat bangkit kembali.
Tapi hal ini tergantung seberapa kekebalan tubuh seseorang dalam populasi.
"Kami pikir akan ada setidaknya satu masa kekebalan setelah infeksi," kata Murray.
"Itu akan memberi tahu kita lebih banyak mengenai seberapa memungkinkannya Covid-19 terulang lagi," tambah Murray.
Baca: Ekuador Kewalahan Tangani Korban Meninggal Covid-19, Mayat Ditinggalkan di Jalan
Baca: Update Virus Corona: Harvard, WHO, & Peneliti Australia Sebut Indonesia Seharusnya Sudah Terinfeksi
Lebih lanjut, Murray mengatakan, kemungkinan akan ada gelombang kedua dan lebih banyak kasus.
Tetapi sulit untuk memprediksi tingkat keparahan gelombang kedua.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)