Minggu, 7 September 2025

Virus Corona

Hidup Wanita Ini Berubah Setelah Dituduh Membawa Corona di China, Jadi Bahan Hujatan di Dunia Maya

Hidup wanita ini berubah setelah dirinya dituduh membawa virus Corona di China. Dia menjadi bahan hujatan di dunia maya.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Heather Fulbright/CNN
Maatje Benassi di rumahnya pada hari Rabu, 22 April 2020. Dia mengatakan pengalamannya itu seperti bangun dari mimpi buruk dan semakin memburuk dari hari ke hari. 

TRIBUNNEWS.COM - Hidup seorang wanita di Amerika Serikat berubah setelah dirinya dituduh tanpa alasan yang jelas sebagai pembawa virus Corona di China.

Kini, dia menjadi bahan hujatan di dunia maya.

Wanita tersebut adalah Maatje Benassi, seorang tentara cadangan AS sekaligus ibu dua anak.

Dia bekerja sebagai karyawan sipil di Benteng Belvoir Angkatan Darat AS di Virginia.

Baca: Kembali Salahkan China, AS Lakukan Penyelidikan Serius Terkait Virus Corona

Baca: Mungkinkah Menuntut Ganti Rugi Akibat Penyebaran Covid-19 Ke China?

Dilansir CNN, Maatje telah menjadi target para ahli teori konspirasi yang secara salah menempatkannya sebagai pembawa awal pandemi.

Klaim palsu itu menyebar di YouTube setiap hari dan telah diindahkan oleh media Partai Komunis China.

Meskipun tidak pernah dinyatakan positif terkena virus Corona atau mengalami gejala, Maatje dan suaminya sekarang menjadi subyek diskusi di media sosial China tentang wabah tersebut.

Alamat rumah mereka telah tersebar luas di dunia online.

Sebelum akhirnya mereka menutup akun media sosial, mereka dibanjiri oleh pesan masuk dari orang-orang yang mempercayai konspirasi.

Sebuah surat yang diterima Maatje Benassi melalui pos dari pengirim yang tidak dikenal. Alamat keluarganya tersebar di dunia online setelah dia menjadi target teori konspirasi.
Sebuah surat yang diterima Maatje Benassi melalui pos dari pengirim yang tidak dikenal. Alamat keluarganya tersebar di dunia online setelah dia menjadi target teori konspirasi. (Heather Fulbright/CNN)

"Ini seperti bangun dari mimpi buruk, dan menjadi mimpi buruk dari hari ke hari," kata Maatje Benassi kepada CNN Business dalam sebuah wawancara eksklusif.

Mereka pun menggunakan kekuatan Internet, untuk menegaskan penderitaan yang dialami keluarganya dan betapa kepalsuan informasi telah menguat di media sosial.

Pasangan Benassi juga berusaha menurunkan video di Youtube yang berisi tentang tuduhan terhadap mereka dan mencegah penyebaran yang lebih luas via online.

Maatje dan suami juga menghubungi seorang pengacara.

Namun, tak banyak yang bisa mereka lakukan.

Polisi setempat pun juga mengatakan hal yang sama.

Meskipun mereka bekerja untuk pemerintah AS, pasangan ini memiliki ketidakberdayaan sebagai target pelecehan dan informasi yang salah.

"Saya ingin semua orang berhenti melecehkan saya, karena ini adalah penindasan dunia maya kepada saya, dan itu sudah tidak terkendali, ujar Maatje sambil menahan air mata.

Awal Mula Teori Konpirasi Maatje dan Virus Corona

Sebelum Maatje menjadi sasaran konspirasi, berbagai teori telah menyebar mengenai virus ini.

Pada minggu-minggu awal virus Corona, teori konspirasi mengklaim bahwa Covid-19 adalah senjata biologis AS.

Kemudian, seorang anggota pemerintah China secara terbuka mengungkapka gagasan bahwa militer AS membawa virus ke China.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan, teori itu benar-benar konyol dan tidak bertanggung jawab bagi seseorang yang berbicara atas nama pemerintah China.

Baru pada Maret 2020, para ahli teori konspirasi mengalihkan fokus mereka ke Maatje Benassi.

Maatje Benassi di rumahnya pada hari Rabu, 22 April 2020. Dia mengatakan pengalamannya seperti bangun dari mimpi buruk dan semakin memburuk dari hari ke hari.
Maatje Benassi di rumahnya pada hari Rabu, 22 April 2020. Dia mengatakan pengalamannya seperti bangun dari mimpi buruk dan semakin memburuk dari hari ke hari. (Heather Fulbright/CNN)

Teori tak berdasar ini dimulai dengan partisipasi Maatje dalam Olimpiade militer pada Oktober 2019 silam.

Olimpiade diselenggarakan oleh Wuhan, tempat wabah virus Corona dimulai.

Maatje terlibat dalam kompetisi bersepeda di sana.

Dia menderita kecelakaan di lap terakhir dan membuat tulang rusuknya patah dan gegar otak.

Meskipun kecelakaan, Maatje masih meneruskan perlombaan.

Namun ternyata, itu menjadi awal dari sesuatu yang lebih buruk.

Sementara ratusan atlet dari militer AS ikut serta dalam pertandingan, Maatje dikeluarkan dari grup dan menjadi peran utama dalam teori konspirasi.

Baca: Amerika Serikat Tembus Angka 1 Juta Kasus Covid-19, Janji Trump hingga Anjing Pertama Tertular

Baca: Trump: Amerika Selidiki Cara China Tangani Covid-19 di Wuhan

Siapa yang Mengawali Teori Konspirasi Maatje Benassi?

Sosok yang paling menonjol untuk menyebarkan bahwa Benassi memiliki peran dalam virus Corona adalah George Webb, pria 59 tahun yang menjadi penjual informasi keliru dari Amerika.

Webb telah bertahun-tahun rutin mengalirkan ujaran kebencian di Youtube dan mengumpulkan lebih dari 27 juta tayangan dan hampir 100.000 ribu pengikut pada akun Youtube-nya.

Pada 2017, CNN mengungkap bagaimana Webb adalah bagian dari pegiat teori konspirasi yang mendorong desas-desus keliru tentang kapal kargo bermuatan bom yang akan tiba di Pelabuhan Charleston, Carolina Selatan.

Kali ini, Webb bahkan mengklaim bahwa DJ Italia, Benny Benassi, memiliki virus Corona dan bersekongkol dengan pasangan Benassi terkait Covid-19.

Di kesempatan terpisah, Benny mengkonfirmasi bahwa dia bahkan belum pernah bertemu dengan pasangan Benassi dan tidak pernah berhubungan.

Terkait nama belakang yang sama, Benny mengatakan, Benassi adalah nama terakhir yang sangat umum di Italia.

Dia juga belum didiagnosis positif virus Corona.

Dalam sebuah wawancara telepon dengan CNN Business pada Kamis (23/4/2020), Webb tidak menawarkan bukti substantif untuk mendukung klaimnya tentang Benassi.

Teori Palsu di Dunia Online Memicu Kekhawatiran Nyata

Sementara tuduhan tentang pasangan Benassi mungkin tidak benar, ancaman yang mereka hadapi dan ketakutan yang mereka rasakan sangat nyata.

"Sangat sulit untuk membuatnya (Webb) bertanggung jawab," kata Matt.

Matt menerangkan, mereka tidak memiliki banyak pilihan untuk bertindak, karena terdapat kebebasan berbicara di negaranya.

"Kami berbicara dengan sorang pengacara. Dan bagi orang-orang seperti kami, terlalu mahal untuk mengajukan perkara seperti ini. Kami tidak mendapat bantuan dari penegak hukum dan pengadilan," jelasnya.

Suami Maatje, Matt, mengatakan keluarganya takut akan keselamatan nyawa mereka.
Suami Maatje, Matt, mengatakan keluarganya takut akan keselamatan nyawa mereka. (Heather Fulbright/CNN)

Matt mengatakan, dia telah mengadu ke Youtube tentang video yang diunggah Webb.

Namun, diperlukan waktu berhari-hari untuk melakukannya.

Selain itu, jika video Webb yang diunggah ke Youtube dihapus, telah ada platform lain yang menyebarluaskan.

Menurut analisis Keenan Chen, seorang peneliti di First Draft, nirlaba yang meneliti disinformasi, video Youtube yang menyerang pasangan Benassi juga diunggah ke platform populer China, seperti WeChat, Weibo, dan Xigua Video.

Video kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa China.

Danielle Citron, seorang profesor hukum di Boston University School of Law dan MacArthur Fellow yang mempelajari pelecehan online, memberikan tanggapannya terkait pengalaman yang dialami pasangan Benassi.

Citron menerangkan, pengalaman pasangan Benassi bukanlah sesuatu yang langka.

Hal itu membuat penegakan hukum seringkali tidak bisa atau tidak mau menyelidikinya.

Matt dan Maatje Benassi.
Matt dan Maatje Benassi. (Heather Fulbright/CNN)

Adapun orang-orang seperti di Youtube, Citron mengatakan, hukum harus berubah.

"Saat ini, mereka benar-benar kebal dari tanggung jawab hukum di bawah hukum federal. Sehingga mereka bisa lolos begitu saja," ujar Citron.

Menutup cerita, Maatje mengatakan bahwa kerusakan telah terjadi dalam hidupnya.

"Aku tahu semua ini tidak akan pernah sama lagi. Setiap kali kamu mencari namaku di Google, namaku akan muncul sebagai pasien nol," ucap Maatje.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan