Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona
Anggota komunitas adat Ekuador telah melarikan diri ke hutan hujan Amazon, khawatir komunitasnya akan musnah ketika infeksi virus corona.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Miftah
"Kami tidak ingin orang-orang mengatakan ada 700 orang di antara kami dan sekarang ada 100 orang," katanya.
"Skandal besar bagi pemerintah Ekuador untuk meninggalkan kami dengan kisah sedih di abad ke-21," paparnya.
Kabur ke Hutan Hujan Amazon

Lebih lanjut, ketakutan terhadap cirus corona dan menghindari infeksi, lusinan anak-anak dan lansia Siekopai melarikan diri dengan sampan ke Lagartococha.
Untuk diketahui, Lagartochocha merupakan satu di antara lahan basah di jantung Amazon.
Piaguaje mengatakan, Siekopai yang tinggal di wilayah Sucumbios, Ekuador beralih ke obat-obatan homoeopati untuk mengatasi masalah pernapasan.
Secara terpisah, menurut Organisasi Masyarakat Adat CONFENIAE, Kelompok Pribumi lain di Amazon Ekuador, juga mengonfirmasi kasus virus corona.
Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang bekerja di bawah Amazon Ekuador mengatakan, Kementerian Kesehatan mengabaikan masyarakat seperti Siekopai.
Organisasi tersebut menyebut, komunitas adat Siekopai belum menerima tes atau pasokan medis meski pun memiliki kerentanan terhadap virus corona.
"Mereka berada dalam resiko serius, dihancurkan secara fisik dan budaya oleh penyebaran Covid-19 di wilayah mereka," kata Mario Espinosa, pembela HAM dari Kelompok Amazon Frontlines.
Mengajukan Keluhan Resmi ke PBB
Lebih jauh, di negara tetangga, Peru, kelompok-kelompok Pribumi mengajukan keluhan resmi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir April 2020.
Mereka mengatakan, pemerintah telah meninggalkan mereka dan berjuang sendiri melawan virus corona, dengan resiko etnosida.
Hal ini diungkapkan karena, pemerintah tidak bertindak untuk membantu kelompok-kelompok pribumi tersebut.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)