Virus Corona
Presiden Tanzania Pertanyakan Kualitas Alat Tes Corona, Kambing & Pepaya Dinyatakan Positif
Keakuratan alat tes Covid-19 yang digunakan di Tanzania dipertanyakan presiden karena kambing dan pepaya dinyatakan positif penyakit ini.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Keakuratan alat tes Covid-19 yang digunakan di Tanzania dipertanyakan presiden karena kambing dan pepaya dinyatakan positif penyakit ini.
Presiden John Magfuli mengatakan alat tes itu mengalami kesalahan teknis.
Dikutip dari Sky News, dia mengatakan alat-alat ini merupakan impor dari luar negeri.
Baca: Pepaya, Kambing hingga Burung Puyuh di Tanzania Positif Corona, Presiden Curiga Ada Sabotase
Baca: Deretan Fakta Unik Ghana, Raja Prajurit dari Afrika Barat
Kendati demikian dia tidak menjelaskan darimana peralatan tersebut didapatkan.
Sebelumnya, hanya dalam sebulan, Tanzania berubah dari hanya memiliki 20 kasus virus corona yang tercatat menjadi 480 kasus pada Senin (4/5/2020) lalu.
Sementara Kamis (14/5/2020) ini jumlah kasus infeksinya mencapai 509 dan 21 korban jiwa.
Kenaikan ini sangat mengkhawatirkan karena kini Tanzania jadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di Afrika Timur.
Presiden meyakini melonjaknya kasus tersebut karena alat tes yang tidak akurat.
Sebab ada beberapa sampel non-manusia yang dinyatakan positif corona.
Beberapa waktu lalu presiden meminta pihak berwenang untuk menguji coba alat-alat tes corona.
Menurutnya orang-orang yang bertanggungjawab menguji alat ini menggunakan sejumlah sampel non-manusia, meliputi kambing, pepaya, dan domba.
Namun mereka memalsukan identitasnya dengan menulis usia dan nama manusia.
Sampel lalu diserahkan ke laboratorium Tanzania untuk diuji Covid-19.
Pada pekerja di laboratorium tersebut tidak tahu sampel apa yang mereka uji itu.
Presiden Magfuli mengatakan, adanya hasil dari sampel non manusia menandakan alat tes memberikan hasil positif meski tidak mengandung virus.
"Saya selalu mengutarakan kecurigaan saya tentang bagaimana laboratorium nasional kami melakukan kasus Covid-19," katanya di sebuah acara di Chato di Tanzania barat laut.
"Ada sesuatu yang terjadi. Saya katakan sebelumnya kita seharusnya tidak menerima bahwa setiap bantuan dimaksudkan untuk kebaikan bagi bangsa ini," katanya, seraya menambahkan bahwa kit harus diselidiki.
Baca: Amerika Kesulitan Tangani Covid-19, Donald Trump Harus Jalani Tes Virus Corona Setiap Hari
Baca: Santainya Singa-singa Rebahan di Jalan, Dampak akibat Afrika Selatan Lockdown
Tanzania telah mencatat 480 kasus COVID-19 dan 17 kematian pada Minggu lalu.
Namun tidak seperti pemerintahan negara Afrika lainnya, pemerintahan Tanzania lamban dalam memberikan solusi untuk warganya.
Alih-alih mempercepat langkah untuk menangani wabah, Magufuli justru meminta warganya untuk berdoa agar virus menghilang dan tetap membuka rumah ibadah.
Magufuli kini menaruh kepercayaan pada obat herbal yang dipromosikan Presiden Madagaskar.
Kendati demikian, rekomendasi ini juga belum teruji ilmiah secara internasional.
Baca: Jauh dari Keluarga, Gelandang Persebaya Surabaya Obati Rindu dengan Memasak Masakan Khas Afrika
Baca: Media Korut Publikasikan Surat dari Kim Jong Un untuk Presiden Afrika Selatan, Tertanggal 27 April
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa tidak ada bukti kemanjuran.
"Aku sedang berkomunikasi dengan Madagaskar," katanya.
"Mereka sudah mendapat obat. Kami akan mengirim penerbangan ke sana dan obat-obatan itu akan dibawa ke negara itu sehingga orang-orang Tanzania juga bisa mendapat manfaat," katanya.
Infeksi dan kematian Covid-19 yang dilaporkan di seluruh Afrika relatif rendah dibandingkan dengan Eropa, AS, dan sebagian Asia meskipun benua ini memiliki tingkat pengujian yang sangat rendah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)