Senin, 8 September 2025

Sengketa Laut Cina Selatan AS-China Memanas, Tuduhan Perihal Corona Dilancarkan AS

AS meningkatkan tekanan militer terhadap China di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP
Vietnam dan Cina bersitegang atas sengketa perbatasan Laut Cina Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM - AS meningkatkan tekanan militer terhadap China di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.

Pihaknya juga menuduh Beijing berupaya memanfaatkan pandemi virus corona untuk memperluas lingkup pengaruhnya di wilayah tersebut.

Selama beberapa minggu terakhir kapal-kapal Angkatan Laut AS dan pembom Angkatan Udara B-1 melakukan misi yang bertujuan mengirimkan pesan publik bahwa militer AS bermaksud mempertahankan kehadiran di wilayah tersebut dan meyakinkan sekutu, sebagaimana dikutip dari CNN

Baca: Trump Ancam Bakal Putuskan Hubungan dengan China

Baca: Donald Trump Kembali Tuding China Sumber Virus Corona

KN Belut laut 4806 milik Bakamla RI yang sedang melakukan patroli rutin di perairan dekat Laut Cina Selatan menangkap kapal ikan berbendera Vietnam pada 12 April 2017.
KN Belut laut 4806 milik Bakamla RI yang sedang melakukan patroli rutin di perairan dekat Laut Cina Selatan menangkap kapal ikan berbendera Vietnam pada 12 April 2017. (Humas Bakamla RI)

Langkah itu dilakukan ketika AS meningkatkan tekanan secara diplomatis, dimana Presiden Donald Trump dan Menlu Mike Pompeo menyerang Beijing dengan menilai tidak bisa membendung penyebaran virus corona.

Selain itu keduanya menganggap pemerintah China tidak transparan mengungkap data selama tahap awal wabah.

Pentagon menuduh China mengeksploitasi pandemi untuk mendapatkan keuntungan militer dan ekonomi dengan memperluas area di mana ia beroperasi.

"Republik Rakyat Tiongkok berusaha menggunakan fokus regional pada Covid untuk secara tegas memajukan kepentingannya sendiri," kata juru bicara Komando Indo-Pasifik militer AS, Kapten Angkatan Laut AS Michael Kafk pada Rabu (13/5/2020) lalu.

Pentagon menjelaskan bahwa wabah corona tidak menghalangi mereka untuk merespons tindakan China.

"Kami memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menyediakan tembakan jarak jauh di mana saja, kapan saja dan dapat membawa daya tembak yang luar biasa bahkan selama pandemi," kata Jenderal Timothy Ray, komandan komando Global Strike Air Force yang mengawasi pasukan pembom di daerah tersebut.

Baca: Intelijen AS Tuding Presiden China Xi Jinping Tekan WHO Terkait Corona

Baca: Sengketa Laut China Selatan Dituntaskan

Pada Rabu lalu, Armada Pasifik Angkatan Laut mengumumkan bahwa semua kapal selamanya di wilayah tersebut sedang melakukan operasi.

Operasi tersebut bertujuan untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka di tengah-tengah pandemi yang disebabkan oleh virus corona.

Dalam beberapa pekan terakhir, AS menerbangkan pesawat pembom B-1 dari pangkalan-pangkalan di AS ke wilayah tersebut pada tiga kesempatan terpisah.

Termasuk diantaranya operasi di Laut China Selatan dan pengerahan empat pembom B-1 dan 200 personel dari Pangkalan Angkatan Udara Dyess di Texas ke Guam.

Akhir bulan lalu Angkatan Laut AS juga menantang klaim China atas perairan di sekitar pulau Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan.

Kedua belah pihak memperebutkan pulau-pulau yang sejak lama dituduh AS sebagai tempat penyimpanan senjata dan fasilitas militer Tiongkok.

Tuduhan-tuduhan ini mendapat teguran keras dari Beijing.

Pihaknya mendesak AS untuk fokus menangani wabah corona dan menghentikan operasi militer semacam itu.

"China mendesak Amerika Serikat untuk fokus pada bisnisnya sendiri dengan pencegahan dan pengendalian pandemi, memberikan lebih banyak kontribusi pada perjuangan global melawan Covid-19, dan segera menghentikan operasi militer yang merusak keamanan, perdamaian, dan stabilitas kawasan," kata juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat, Col Senior Li Huamin.

Sementara itu juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn mengatakan bahwa China memanfaatkan kondisi pandemi untuk menguasai Laut China Selatan.

"Kami prihatin dengan meningkatnya, aktivitas oportunistik oleh Republik Rakyat Tiongkok untuk memaksa negara-negara tetangganya dan menekan klaim maritimnya yang melanggar hukum di Laut China Selatan, sementara dunia berfokus pada penanganan pandemi Covid-19," katanya.

China telah lama mengritik provokasi AS dan upaya militer negara adidaya itu di Laut China Selatan.

Ini berlangsung sejak beberapa tahun silam ketika Tiongkok mengajukan klaim teritorial yang disengketakan.

Baca: Intelijen AS Tuding Presiden China Xi Jinping Tekan WHO Terkait Corona

Baca: Relaksasi PSBB Dikhawatirkan untuk Beri Kemudahan TKA China Masuk ke Indonesia

Laut China Selatan dianggap sebagai lokasi strategis.

Jalur ini merupakan rumah bagi beberapa rute pengiriman tersibuk di dunia serta potensi cadangan sumber daya alam seperti minyak dan gas.

Sebagian wilayah lautnya diperebutkan oleh banyak negara, termasuk China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Taiwan.

Pejabat militer AS menilai, China telah membangun pos-pos di pulau buatan manusia di daerah yang disengketakan.

Mereka memasang fasilitas militer dan rudal di sana sebagai bagian dari upaya untuk melakukan kontrol atas jalur air strategis ini.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan