Kamis, 21 Agustus 2025

Virus Corona

Kisah Warga Ekuador Kesulitan Temukan Jasad Ayahnya karena Banyaknya Korban Jiwa Corona

Seorang wanita asal Ekuador, Dolores Centeno telah berbulan-bulan menjelajahi kamar mayat dan kuburan di Kota Guayaquil demi mencari jasad ayahnya.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
Jose Sanchez / AFP
Orang-orang menunggu di samping peti mati dan kotak kardus untuk menguburkan keluarga mereka di luar pemakaman di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020. Melonjaknya jumlah COVID-19 kematian di kota kedua Ekuador Guayaquil telah menyebabkan kekurangan peti mati, memaksa penduduk setempat untuk resor menggunakan kotak kardus, kata pemerintah kota Minggu. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita asal Ekuador, Dolores Centeno telah berbulan-bulan menjelajahi kamar mayat dan kuburan di Kota Guayaquil demi mencari jasad ayahnya.

Setelah pencarian panjang, Centeno masih belum juga menemukan mayat ayahnya itu.

Kini dalam keputusasaannya, wanita ini berharap bisa menemukan sedikit bekas luka sebagai ciri dari tubuh ayahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters

Tapi ini bukan hal yang mudah lantaran dia harus meneliti satu persatu dari puluhan mayat yang sudah membusuk di dalam sebuah kontainer khusus.

Sejatinya Centeno hanya satu diantara banyaknya keluarga di Ekuador yang kesusahan mencari jasad orang yang dicintai.

Baca: Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona

Baca: VIDEO Warga Guayaquil Ekuador Berjuang Bantu Kuburkan Jenazah Corona

VIDEO Ekuador Berjuang Atasi Korban Virus Corona
VIDEO Ekuador Berjuang Atasi Korban Virus Corona (Tangkap Layar Channel4 News)

Ini dikarenakan wabah Covid-19 menyerang Ekuador dengan parah hingga mayat berjatuhan tidak terurus.

Centeno berdoa agar tubuh ayahnya yang berusia 63 tahun termasuk di antara lebih dari 130 mayat yang ditangani pemerintah.

Dimana pihak berwenang mengaku mengumpulkan mayat-mayat Covid-19 itu di dalam sebuah kontainer sambil menunggu konfirmasi.

Pada Maret hingga April lalu Kota Guayaquil mengalami kondisi wabah yang mencekam saking banyaknya korban jiwa berjatuhan di sana.

Rumah sakit kewalahan dengan tumpukan jasad korban Covid-19.

Bahkan banyak diantaranya harus menyimpan jasad keluarganya hingga berhari-hari di rumah maupun di pinggir jalan.

Pemerintah akhirnya membentuk gugus tugas untuk mengumpulkan mayat dan mengerahkan kontainer untuk menyimpan tubuh-tubuh itu.

Tetapi muncul masalah lain, yakni mayat-mayat itu tidak mudah teridentifikasi.

Sehingga para keluarga yang mencari jasad anggotanya harus berkeliling ke rumah sakit, kamar mayat, hingga kontainer milik pemerintah di seluruh kota.

Foto kontainer raksasa berpendingin berada di luar rumah sakit umum di kota muncul pada minggu ini.
Pemerintah mengonfirmasi ada tiga kontainer yang digunakan untuk menyimpan mayat sampai pemakaman dapat disiapkan.
Foto kontainer raksasa berpendingin berada di luar rumah sakit umum di kota muncul pada minggu ini. Pemerintah mengonfirmasi ada tiga kontainer yang digunakan untuk menyimpan mayat sampai pemakaman dapat disiapkan. (Tangkap Layar YouTube France24)

Para ahli sejauh ini mengidentifikasi 64 mayat melalui pengenalan sidik jari.

Kepala Laboratorium Ilmu Kriminalitas Ilmu Forensik Ekuador, Mario Corrales mengatakan pihaknya juga menggunakan pengujian genetik untuk lebih menghemat waktu identifikasi.

Ayah Centeno meninggal pada akhir Maret, beberapa jam setelah dirawat di salah satu rumah sakit umum kota dengan masalah pernapasan.

Tidak ada jejak kertas untuk mengidentifikasi apa yang terjadi padanya setelah ia masuk ke bangsal rumah sakit.

Pakar forensik bertanya kepada Centeno apakah ayahnya memiliki bekas luka untuk mengidentifikasinya.

"Dia memiliki dua, yang terbesar dari operasi jantung terbuka dan yang lainnya dari operasi hernia," kata Centeno.

Menteri Dalam Negeri, Maria Paula Romo mengatakan bahwa pemerintah sedang bekerja dengan tim dokter forensik dan ilmuwan untuk mengidentifikasi mayat-mayat itu.

"Dan untuk dapat memberikan jawaban kepada setiap keluarga terakhir yang mengalami situasi yang tidak menguntungkan ini," jelas Maria.

"Setiap hari ada kemajuan dalam masalah ini, sedikit demi sedikit," katanya.

Tentara mengangkut kotak-kotak kardus yang digunakan sebagai peti mati di pemakaman Paque de la Paz di Guayaquil, Ekuador, pada 9 April 2020 karena meningkatnya jumlah virus coronavirus COVID-19 di kota itu yang menyebabkan kekurangan peti mati.
Tentara mengangkut kotak-kotak kardus yang digunakan sebagai peti mati di pemakaman Paque de la Paz di Guayaquil, Ekuador, pada 9 April 2020 karena meningkatnya jumlah virus coronavirus COVID-19 di kota itu yang menyebabkan kekurangan peti mati. (Jose SANCHEZ / AFP)

Baca: 2.000 Warga Ekuador Berdemo di Jalanan, Tak Setuju Kebijakan Pemerintah saat Pandemi Corona

Baca: Fakta Unik Ekuador, Satu-satunya Negara di Dunia yang Dinamai Berdasarkan Fitur Geografisnya

Ekuador telah secara resmi melaporkan lebih dari 37.000 kasus virus korona dan lebih dari 3.000 kematian.

Tetapi pemerintah mengakui kedua angka itu kemungkinan terlalu rendah karena kurangnya pengujian.

Kepala gugus tugas yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan korban jiwa Covid-19, Jorge Wated mengatakan ada lebih dari 8.200 kematian dimana melebihi angka sesungguhnya di Provinsi Guaya pada April lalu.

Namun ditanya tentang pernyataannya di Twitter pada 2 Mei ini, Wated tidak mau berkomentar banyak.

Sementara itu, Presiden Ekuador Lenin Moreno membubarkan satuan tugas pada awal Mei ketika angka kematian stabil.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan