Kamis, 21 Agustus 2025

Rusuh di Amerika Serikat

Protes Kematian Floyd Menjalar ke Eropa, Ribuan Orang Demo Kedubes AS di Denmark

Demonstrasi di ibukota Denmark itu dimulai tepat di luar Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Østerbro dan berakhir di Christiansborg,

Penulis: Fitri Wulandari
KEREM YUCEL / AFP
Para pengunjuk rasa berkumpul untuk menyerukan keadilan bagi George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya selama beberapa menit, di Hennepin County Government Plaza, pada 28 Mei 2020 di Minneapolis, Minnesota. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, COPENHAGEN - Kematian pria berkulit hitam George Floyd yang tewas oleh polisi kulit putih Amerika Serikat (AS) tidak hanya memicu terjadinya aksi protes di negara itu, namun juga negara lainnya.

Di AS, aksi protes itu memang secara cepat berubah menjadi anarkis karena melibatkan bentrokan antara massa demonstran dengan petugas kepolisian.

Bahkan banyak pula mobil yang terparkir di jalanan AS secara sengaja dibakar dan terjadi penjarahan di beberapa kota.

Baca: Reaksi Dunia Sikapi Aksi Solidaritas Atas Kematian George Floyd di Amerika Serikat

Sejak saat itu, demonstrasi serupa pun turut digelar di negara-negara Eropa.

Namun aksi di benua biru ini dilangsungkan secara damai.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (1/6/2020), sekitar 2.000 orang telah berkumpul di banyak jalan di Copenhagen untuk memprotes tindakan kekerasan berujung pembunuhan yang dilakukan polisi AS terhadap warga AS keturunan Afrika-Amerika tersebut.

Baca: Rusuh di Amerika Serikat: Aksi Penjarahan Diduga Terorganisir, Dibekali HT dan Truk Suplai

Demonstrasi di ibukota Denmark itu dimulai tepat di luar Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Østerbro dan berakhir di Christiansborg, gedung parlemen Denmark.

Para demonstran ini tampak memegang papan bertuliskan 'Keadilan untuk George Floyd'.

Menurut kepolisian Copenhagen, demonstrasi berlangsung secara damai.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Copenhagen Henrik Svejstrup memperkirakan bahwa demonstrasi ini akan mencapai puncaknya di Christiansborg, dengan diikuti sekitar 2.000 peserta.

Kendati demikian ia memastikan demonstrasi itu tidak berjalan anarkis.

Baca: Rusuh di Amerika Serikat: Jam Malam di Sejumlah Kota Diperpanjang, Tentara Garda Nasional Diturunkan

Seorang demonstran bernama Lea Rejmers mengatakan kepada Radio Denmark, bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Floyd seharusnya tidak terjadi.

"Itu tidak adil, terlepas dari warna kulit mereka. Di Denmark, ada juga rasisme seperti itu. Tapi bagaimanapun juga, kita adalah warga dunia dan tidak membenarkan aksi kekerasan ini, saya pikir apa yang terjadi adalah tindakan kekerasan dan tidak etis," kata Rejmers.

Perlu diketahui, kematian George Floyd sebelumnya telah memicu demonstrasi di kota Minneapolis, negara bagian Minnesota, AS, yang merupakan daerah asal Floyd.

Aksi protes ini kemudian berubah menjadi kekerasan dan akhirnya memuncak setelah terjadinya penjarahan dan tindakan vandalisme.

Baca: Washington Mencekam, Presiden Amerika Serikat Sembunyi di Bunker Gedung Putih

Banyak mobil yang dibakar dan pusat bisnis yang dirusak.

Sejak itu, demonstrasi serupa pun telah menjamur di seluruh negeri, termasuk di dekat kompleks Gedung Putih.

Hal ini mendorong kepolisian AS menggunakan gas air mata untuk memukul mundur para demonstran.

Seorang juru bicara Kedubes AS di Denmark mengatakan kepada TV2 bahwa pemerintah AS saat ini tengah menangani kasus kematian Floyd melalui prosedur hukum di negara itu.

"Departemen Kehakiman kami telah menjelaskan bahwa tanggung jawab atas kematian George Floyd sedang ditangani melalui sistem hukum, baik di tingkat negara bagian maupun federal," kata juru bicara tersebut.

Ia kembali menegaskan bahwa aksi protes yang berlangsung damai, tentunya merupakan bagian dari hak setiap orang dalam menunjukkan sikap.

Baca: Buntut Kerusuhan di Amerika, Donald Trump Akan Masukkan Kelompok Demonstran Ini Sebagai Teroris

Namun jika aksi itu berubah menjadi anarkis dan merugikan pihak lain, tentunya pemerintah AS akan mengambil sikap.

"Kami akan selalu mendukung hak semua orang untuk berdemonstrasi secara damai dan membuat suara mereka didengar. Namun kami juga akan menentang siapa pun yang mengeksploitasi tragedi ini untuk menjarah, merampok, menyerang, dan mengancam," tegas juru bicara itu.

Sebelumnya, aksi protes terjadi setelah video yang menunjukkan seorang polisi sedang menekan lututnya ke leher George Floyd, beredar viral.

Floyd pun terlihat berulang kali mengatakan kepada polisi itu bahwa dirinya tidak bisa bernafas.

Beberapa saat kemudian ia tidak menunjukkan respons kesadaran dan dinyatakan meninggal di rumah sakit setempat.

Terkait tindakan tersebut, empat polisi yang terlibat dalam aksi itu pun telah dipecat, dan seorang diantaranya dituduh melakukan pembunuhan terhadap Floyd.

Terkait aksi keadilan untuk Floyd, warga di negara lainnya pun turut turun ke jalan.

Di ibukota negara di Eropa lainnya, seperti Berlin dan London, aksi damai pun dilakukan.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan