Selasa, 30 September 2025

Adopasi Taktik, RRC Kini Tahu Semua Aktivitas Negara Tetangga di Laut China Selatan

Laut China Selatan adalah salah satu daerah yang paling diperebutkan di dunia, di mana sejumlah negara mengklaim memiliki wilayah ini.

ist
Kapal penjaga pantai China yang dilengkapi senjata otomatis. 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Situasi di Laut China Selatan belum juga dingin.

Pada awal tahun ini, sejumlah kapal China dan Malaysia terlibat dalam kebuntuan berisiko tinggi selama lebih dari satu bulan terakhir di dekat pulau Kalimantan di Laut China Selatan.

Melansir Reuters, pada waktu itu, menurut situs pelacakan kapal Lalu Lintas Kelautan, kapal Haiyang Dizhi 8 milik China memasuki perairan dekat Malaysia.

Sumber Reuters mengatakan, pada hari Jumat, kapal China itu posisinya sangat dekat dengan Capella Barat yang dioperasikan Petronas.

Baca: Tantang Klaim China di LCS, Amerika Kirim Kapal Perusak Bersenjata Rudal Tomahawk

Salah satu sumber Reuters lainnya juga mengatakan, sebuah kapal Vietnam juga menandai wilayah Capella Barat.

Wilayah ini dekat dengan perairan yang diklaim oleh Vietnam dan Malaysia dan juga oleh China, melalui klaimnya yang luas terhadap sebagian besar Laut Cina Selatan dalam 'nine-dash-line' berbentuk U yang tidak dikenali oleh tetangganya atau sebagian besar dunia.

Kemudian, seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan Haiyang Dizhi 8 sedang melakukan kegiatan normal.

Baca: China dan AS Sama-sama Kerahkan Kapal Perang ke LCS, Dikhawatirkan Picu Perang Dunia III

Sebuah sumber keamanan Malaysia mengatakan Haiyang Dizhi 8 diapit pada satu titik pada hari Jumat oleh lebih dari 10 kapal Tiongkok, termasuk milik milisi laut dan penjaga pantai. Sumber itu juga menyebutkan kapal Vietnam.

Itu baru dengan Malaysia. China juga berkonflik dengan sejumlah negara tetangga seperti Vietnam, Filipina dan Indonesia.

Mengutip CNN, ahli politik regional mengatakan kapal-kapal China mengadopsi taktik yang semakin kuat, yang berisiko memicu konflik baru dengan kekuatan regional utama seperti Malaysia dan Indonesia.

Greg Polling, direktur AMTI, mengatakan negara-negara itu lebih penting daripada sebelumnya karena kapal-kapal China memperluas jangkauan mereka di kawasan itu, sebagian besar karena pembangunan lanjutan pulau-pulau buatan Beijing di Laut Cina Selatan.

"Kepulauan tersebut menyediakan pangkalan depan untuk kapal-kapal China, secara efektif mengubah Malaysia dan Indonesia menjadi negara-negara garis depan," kata Polling.

Dia menambahkan, "Pada hari tertentu, di sana sekitar selusin kapal penjaga pantai tampak di sekitar Kepulauan Spratly, dan sekitar seratus kapal nelayan, siap berangkat."

Laut China Selatan adalah salah satu daerah yang paling diperebutkan di dunia, di mana sejumlah negara mengklaim memiliki wilayah ini. Mereka adalah China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, Taiwan, dan Indonesia.

Klaim teritorial Beijing, yang dikenal sebagai garis sembilan garis putus-putus - karena tanda yang tercetak pada peta China di wilayah tersebut - sejauh ini merupakan yang terbesar dan mencakup hampir keseluruhan laut, dari Pulau Hainan hingga ke puncak Indonesia.

Baca: Negara-negara Barat Luncurkan Aliansi Anti-China Baru, Tanda Kian Memanasnya Hubungan dengan China

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved