Virus Corona
Kota Kecil di Washington Cetak Uang Kayu Demi Tanggulangi Krisis Ekonomi karena Covid-19
Kota Tenino di AS mengalami krisis ekonomi yang cukup parah lantaran pandemi Covid-19 ini.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Kota Tenino di AS mengalami krisis ekonomi yang cukup parah lantaran pandemi Covid-19 ini.
Kota kecil di sudut Washington itu berubah bak kota hantu dan bisnis kecil mencoba bertahan hidup di tengah gempuran virus corona.
Kemerosotan ekonomi ini akhirnya disiasati pemerintah setempat dengan mencetak mata uang lokal, sebagaimana yang dilakukan di masa resesi berabad-abad yang lalu.
Baca: Menlu AS Mike Pompeo Sebut Klaim China atas Sumber Daya di Laut China Selatan Melanggar Hukum
Baca: Menpan RB Tjahjo Kumolo Sebut Besaran Uang Pensiunan PNS Bisa Naik, Tapi dengan Satu Syarat Ini
Mata uang lokal itu dicetak di atas papan kayu tipis dan diberi warna hijau, menyerupai uang kertas.
"Tidak ada perdagangan, tidak ada penjualan dan jalan-jalan kota mati."
"Mereka tampak sama pada jam 3 sore seperti yang mereka lakukan pada jam 3 pagi," kata Wali Kota Tenino, Wayne Fournier dikutip dari AFP via Yahoo News.

Diketahui Kota Tenino hanya memiliki 1.800 populasi di negara bagian Washington, barat laut AS.
"Kami mendapat banyak telepon dari perusahaan-perusahaan yang mengatakan mereka tidak yakin apakah mereka dapat bertahan," katanya.
Uang kayu itu dicetak oleh mesin yang ada di museum kota.
Uang-uang kayu itu dicetak dengan nominal USD 25 atau Rp 364.000.
Agar menyerupai uang asli, kayu itu diberi potret Presiden George Washington.
Uniknya ada tulisan dengan Bahasa Latin yang artinya 'Kami sudah bisa mengendalikannya'.
Uang itu dibagikan secara cuma-cuma kepada penduduk setempat.
Ini dilakukan pemerintah kota untuk membantu warganya yang perekonomiannya terdampak parah oleh pandemi.

Setiap warga akan diberikan hingga USD 300 atau Rp 4,3 juta per-bulannya.
Uang itu diberi nama dolar Tenino, dolar Covid, bahkan terkadang disebut dolar Wayne oleh wali kota.
Mata uang kayu ini bisa dipergunakan hampir di sebuah toko di kota.
Sejatinya ide mencetak uang kayu ini bukan hal yang baru.
Baca: Sujiwo Tejo Soroti Pengangkatan Karyawan Tetap Petugas KRL Penemu Uang Rp 500 Juta: Tuhan Menamparku
Baca: Pria di Pekanbaru Ditangkap Polisi Karena Bayar Wanita Panggilan Pakai Uang Palsu
Uang serupa pernah digunakan oleh otoritas kota setempat saat Depresi Hebat 1930an yang menyerang AS.
Kelangkaan dolar nasional pada saat itu, mendorong para pejabat di Tenino untuk mencetak uang dengan kulit pohon cemara.
"Konsep ini menjadi sangat populer di tahun 1930-an," kata Fournier.
Atensi media pada uang kayu ini lantas menggugah rasa penasaran para inverstor.
Bahkan selama bertahun-tahun mata uang kayu ini menjadi barang koleksi yang dijual di eBay dan Amazon.
Versi lama mata uang kayu ini juga bertujuan untuk membantu kota melalui krisis ekonomi karena bisnis tutup secara nasional.
"Ini lebih merupakan iklan untuk kota itu sendiri," kata Chris Hamilton, manajer toko Kota Tenino.
"Ini akan manarik banyak orang ke kota yang mungkin bahkan tidak tahu tentang Tenino dan penasaran tentang tempat yang menghasilkan uang sendiri."
"Orang-orang mungkin mampir di sini, membeli es krim, atau pergi ke jalan dan membeli hamburger," terang Hamilton.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)